Semenjak pandemi virus corona atau COVID-19, istilah lockdown pasti jadi sebuah kata yang tak lagi asing di telinga detikers, kan? Apalagi, bahkan setelah setahun sejak seluruh dunia menyatakan kondisi darurat pandemi COVID-19, masih ada beberapa negara yang menerapkan lockdown. Tapi, apa itu lockdown?
Lockdown dapat diartikan sebagai penutupan akses di sebuah area, baik itu akses masuk maupun akses keluar. Ketika sebuah area memberlakukan lockdown, baik itu negara, provinsi, kota atau kabupaten, bahkan hingga wilayah yang lebih kecil seperti kecamatan dan desa, masyarakat yang tinggal di sana tidak hanya dilarang untuk bepergian ke luar area, tapi juga tidak diperbolehkan untuk beraktivitas di luar ruangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kalau melihat dari praktik yang selama ini mungkin sudah kamu lihat dan alami sendiri, lockdown di Indonesia menyebabkan masyarakat jadi tidak bisa melakukan kegiatan di luar rumah seperti biasanya. Contohnya bekerja di kantor, pergi ke sekolah, hingga beribadah di tempat ibadah sebagaimana biasanya.
Di samping itu, pembatasan aktivitas di luar rumah juga diberlakukan selama lockdown lewat larangan untuk berkumpul dengan banyak orang, Detikers. Tidak cuma di kantor, sekolah, atau tempat ibadah saja, tapi juga di tempat-tempat umum lainnya.
Selama pandemi COVID-19 ini, lockdown diterapkan supaya risiko penularan virusnya bisa ditekan. Kebijakan lockdown ini juga berlaku hanya untuk sementara waktu saja, alias temporer. Jadi, kalau kondisi dan situasi dinilai sudah membaik, pemerintah dapat mencabut kebijakan ini.
Kalau bicara soal lockdown, ada juga istilah lain yang disebut sebagai full lockdown, nih. Dalam situasi full lockdown, masyarakat harus benar-benar tinggal di dalam rumah lho, detikers. Artinya, masyarakat yang areanya menerapkan kebijakan full lockdown tidak boleh beraktivitas di luar sama sekali. Tapi, pengecualian diperbolehkan hanya untuk beberapa hal saja yang diizinkan oleh pemerintah setempat.
Efek Lockdown pada Masyarakat
Secara teori, memang benar bahwa lockdown dapat membantu menekan risiko penularan penyakit secara efektif, termasuk dalam hal penularan virus corona. Soalnya, lockdown menyebabkan masyarakat jadi tidak dapat beraktivitas sebebasnya seperti sebelumnya.
Meski begitu, ada efek lain dari lockdown lho, detikers. Terutama efeknya terhadap masyarakat yang tinggal di wilayah yang menerapkan kebijakan lockdown ini. Salah satunya adalah dampak psikologis, seperti perasaan takut, cemas, kesepian, dan terasing dari lingkungan sekitar. Apabila tidak ditangani dengan baik, kondisi tersebut dapat berkembang dan memicu masalah kesehatan mental.
Dilansir dari Alodokter, beberapa penelitian menunjukkan adanya peningkatan risiko masalah psikologis sebagai akibat dari pembatasan fisik. Contohnya stres, rasa takut, kesepian, dan kecemasan. Tak hanya itu, masalah psikologis juga bisa menurunkan daya tahan tubuh seseorang, sehingga ia malah jadi gampang sakit.
Jika tidak dibarengi dengan penanganan yang tepat, berbagai gejala masalah psikologis tersebut bisa berkembang jadi masalah kesehatan mental yang lebih serius, detikers. Misalnya saja depresi.
Selain itu, ada juga efek dari segi ekonomi yang dapat dirasakan masyarakat sebagai akibat dari lockdown. Soalnya, Detikers tentu sudah menyadari pula kalau banyak aktivitas ekonomi yang harus dilakukan di luar rumah. Mulai dari berdagang di pasar, distribusi barang, sampai dengan jasa transportasi umum.
Pada kenyataannya, tidak semua jenis pekerjaan bisa dilakukan dari rumah. Oleh karena itu, sebagian masyarakat yang nafkahnya berasal dari pekerjaan yang harus dilakukan di luar rumah pun jadi benar-benar merasakan dampaknya. Efeknya, penghasilan mereka menurun.
(erd/erd)