Di pertengahan 2024 ini, sejumlah negara di Asia Tenggara mengalami gelombang panas atau heatwave. Contohnya di Vietnam dan Filipina.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan bahwa Indonesia tak terkena dampak dari gelombang panas tersebut. Sehingga, masyarakat Indonesia tak merasakan panasnya cuaca secara berlebihan.
Mengapa demikian? Pakar biologi dari Departemen Biologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Farid Kamal Muzaki S Si M Si mengungkap hal ini bisa disebabkan oleh kondisi laut di Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan laut-laut di tanah air hangat dan dapat menjadi penyangga kenaikan suhu. Laut merupakan komponen alam yang bisa memindahkan suhu panas di ekuator menuju kutub bumi.
"Laut memiliki sifat lebih lambat dingin atau panas daripada daratan, sifat ini yang turut mempengaruhi suhu di darat," beber Farid, dilansir dari laman ITS, Senin (29/7/2024).
Indonesia sendiri merupakan negara kepulauan yang artinya didominasi oleh perairan (sekitar 65%). Luas wilayah perairan di Indonesia mencapai 6,32 juta km persegi, sedangkan daratan hanya 1,91 juta km persegi.
Indonesia Terletak di Garis Lintang Rendah
Alasan lain yang membuat Indonesia tak terkena heatwave menurut Farid adalah letaknya yang berada di lintang rendah. Kebanyakan negara yang mengalaminya berada di sekitar garis lintang 10 derajat Lintang Utara (LU).
"Selain itu, minimnya pertumbuhan awan yang akan menghalangi sinar matahari juga menjadi salah satu penyebabnya," jelasnya.
Dosen yang punya fokus di bidang ekologi laut ini juga mengungkap penyebab negara-negara di Asia Tenggara mengalami heatwave tak lain karena pemanasan global dan perubahan iklim.
Aktivitas pengasaman air laut oleh manusia dapat menurut Farid dapat menyebabkan turunnya pH lautan. Hal tersebut tentunya memicu kerusakan terumbu karang hingga ekosistem laut.
Dengan begitu, Farid mengingatkan untuk tidak menggunakan bahan mengandung emisi hingga menebang pohon untuk menjaga alam ini. Ia juga menegaskan untuk tidak mencemari laut karena merupakan fondasi bagi kehidupan manusia.
"Bagaimanapun, keseimbangan ekosistem dan kondisi kesehatan laut adalah fondasi utama dalam menghadapi kerusakan iklim," pungkasnya.
Thailand Jadi Negara Paling Terdampak Gelombang Panas
Pakar lainnya dari ITS yakni Prof Ir Eddy Setiadi, dosen departemen Teknik Lingkungan membeberkan alasan Thailand jadi negara paling terdampak heatwave. Di negara ini, suhu bisa mencapai 40,1 derajat celcius.
"Emisi karbon dioksida, metana, dan gas rumah kaca lain menyebabkan panas matahari terperangkap di atmosfer," ujarnya.
Eddy memaparkan bahwa Thailand tak punya banyak hutan. Seperti disebutkan Farid sebelumnya, negara ini pun letak lintangnya dekat dengan khatulistiwa sehingga rentan terkena heatwave.
Penyebab lain adalah aktivitas angin monsun yang menggerakan udara panas dan El Nino. Fenomena El Nino ini bisa membuat suatu wilayah menjadi semakin kering karena curah hujannya rendah.
"Siklus monsun juga menyebabkan angin bertiup dari barat ke timur membawa massa udara panas dan kering dari India ke Thailand," terang Eddy.
(cyu/nwk)