- Kelahiran dan Latar Belakang Keluarga
- Kehidupan Pernikahan 1. Pernikahan Cut Nyak Dien dengan Teuku Ibrahim 2. Pernikahan Cut Nyak Dien dengan Teuku Umar
- Perjuangan Melawan Belanda 1. Meletusnya Perang Aceh 2. Cut Nyak Dien dan Strategi Teuku Umar Melawan Belanda 3. Tertangkapnya Cut Nyak Dien Sampai Pengasingan
- Akhir Hayat Cut Nyak Dien
Selain RA Kartini, Indonesia mempunyai pahlawan perempuan bernama Cut Nyak Dien. Ia seorang pahlawan asal Aceh yang tak kenal menyerah melawan penjajah. Sepanjang hidupnya, Cut Nyak Dien terus melakukan perlawanan dan pertempuran demi terciptanya tanah air yang merdeka.
Presiden Soekarno melalui Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 106 Tahun 1964 menetapkan Cut Nyak Dien sebagai Pahlawan Nasional pada 2 Mei 1962. Buat kamu yang tertarik mengetahui biografi Cut Nyak Dien, baca tulisan ini sampai selesai, ya.
Kelahiran dan Latar Belakang Keluarga
Dikutip dari Ensiklopedi Pahlawan Nasional, Cut Nyak Dien lahir pada 12 Mei 1848 di Lampadang, Aceh. Dalam buku yang ditulis Sai, dkk, tersebut, keluarga Cut Nyak Dien adalah bangsawan yang taat beragama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ayah Cut Nyak Dien bernama Teuku Nanta Setia, seorang uleebalang VI Mukim keturunan Machmoed Sati. Sedangkan Ibu Cut Nyak Dien merupakan seorang putri uleebalang Lampagar.
Cut Nyak Dien semasa kecil dikenal sebagai seorang gadis yang cantik. Ia memperoleh pendidikan agama dan rumah tangga, sebelum menikah dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga pada 1863.
Kehidupan Pernikahan
1. Pernikahan Cut Nyak Dien dengan Teuku Ibrahim
Teuku Ibrahim adalah putra tunggal uleebalang Lamnga XIII. Dia adalah pemuda yang taat beragama dan berwawasan luas. Dari pernikahannya dengan Teuku Ibrahim, Cut Nyak Dien memiliki seorang putra.
Riwayat sejarah Aceh mencatatkan, Teuku Ibrahim aktif berjuang melawan kolonial Belanda. Teuku Ibrahim sering kali meninggalkan Cut Nyak Dien dan anaknya demi menjalankan tugasnya.
Berbulan-bulan setelah kepergian suaminya, Cut Nyak Dien mendapat perintah dari Teuku Ibrahim untuk segera mencari perlindungan. Cut Nyak Dien bersama penduduk lainnya meninggalkan Lam Padang pada 29 Desember 1875.
Sayangnya, pada 29 Juni 1878, Teuku Ibrahim wafat saat berjuang melawan Belanda. Cut Nyak Dien pun melanjutkan perjuangan suaminya..
2. Pernikahan Cut Nyak Dien dengan Teuku Umar
Selepas wafatnya Teuku Ibrahim, Cut Nyak Dien menikah dengan Teuku Umar pada 1880. Dari sinilah kisah Cut Nyak Dien semakin menarik. Ia dan Teuku Umar memutuskan bersatu untuk melawan penjajah.
Bersatunya Cut Nyak Dien dan Teuku Umar ternyata mampu membangkitkan semangat para pejuang Aceh. Dalam usahanya, Teuku Umar melakukan strateginya untuk berpura-pura mendekati orang-orang Belanda.
Perjuangan Melawan Belanda
1. Meletusnya Perang Aceh
Pada 26 Maret 1873, Belanda melalui armada kapal Citadel van Antwerpen, mulai melepaskan tembakan meriam ke daratan Aceh. Kemudian Belanda di bawah pimpinan Johan Harmen Rudolf KΓΆhler berhasil mendarat di Pantai Ceureumen pada tanggal 8 April 1873. Saat itu juga Belanda berhasil menguasai dan membakar Masjid Raya Baiturrahman, Aceh.
Hal inilah yang kemudian memicu terjadinya perang Aceh. Pasukan rakyat Aceh yang dipimpin oleh Panglima Polim dan Sultan Mahmud Syah melawan sekitar 3.198 prajurit Belanda. Saat itu, Kesultanan Aceh memenangkan perang dengan berhasil menembak KΓΆhler hingga tewas.
Namun, pada tahun 1874-1880, Belanda di bawah kepemimpinan Jenderal Jan van Swieten, berhasil menduduki wilayah VI Mukim. Begitu juga dengan Keraton Sultan yang akhirnya harus mengakui kekalahan dari kolonial Belanda.
Kejadian tersebut memaksa Cut Nyak Dien mengungsi bersama penduduk lainnya. Namun, Teuku Ibrahim bertekad untuk merebut kembali daerah VI Mukim. Sayangnya, pada 29 Juni 1878, Teuku Ibrahim tewas ketika bertempur di Gle Tarum. Cut Nyak Dien pun sangat marah dan bersumpah untuk menghancurkan Belanda.
2. Cut Nyak Dien dan Strategi Teuku Umar Melawan Belanda
Cut Nyak Dien dan Teuku Umar memutuskan untuk bersatu melawan penjajah. Dalam usahanya, Teuku Umar melakukan strateginya untuk berpura-pura mendekati orang-orang Belanda.
Pada tanggal 30 September 1893, Teuku Umar dan 250 pasukannya pergi ke Kutaraja dan berpura-pura menyerahkan diri kepada Belanda. Tujuannya demi mendapatkan pasokan persenjataan yang kemudian mereka gunakan untuk kembali menyerang penjajah
Teuku Umar akhirnya berhasil mengelabui Belanda hingga mereka memberi gelar pada Teuku Umar yaitu Teuku Umar Johan Pahlawan serta menjadikan Teuku Umar sebagai komandan unit pasukan Belanda.
Demi melancarkan strateginya, Teuku Umar rela dianggap sebagai penghianat oleh rakyat Aceh. Saat kekuasaan Teuku Umar dan pengaruhnya cukup besar, Teuku Umar memanfaatkan momen itu untuk mengumpulkan rakyat Aceh di pasukannya.
Ketika jumlah rakyat Aceh di bawah komando Teuku Umar sudah cukup, Teuku Umar melakukan rencana palsu kepada Belanda dengan mengklaim jika dirinya ingin menyerang basis Aceh.
Setelah itu, Teuku Umar dan Cut Nyak Dien pergi dengan seluruh pasukan serta perlengkapan berat, senjata, dan amunisi Belanda. Namun, mereka tidak pernah kembali lagi ke markas Belanda. Strategi ini disebut Het verraad van Teukoe Oemar atau Pengkhianatan Teuku Umar.
Taktik tersebut membuat Belanda marah dan melancarkan operasi besar-besaran untuk menangkap Cut Nyak Dien serta Teuku Umar. Namun, para gerilyawan Aceh sudah dilengkapi perlengkapan untuk melawan Belanda.
Jakobus Ludovicus Hubertus Pel yang ketika itu menggantikan posisi Jenderal Jan van Swieten dengan cepat terbunuh oleh gerilyawan Aceh. Pasukan kolonial Belanda pun akhirnya berada dalam situasi yang kacau.
Cut Nyak Dien bersama Teuku Umar menguatkan barisan para pejuang untuk mengusir Belanda dari Aceh. Salah satu keberhasilan mereka yaitu merebut kembali kampung halaman Cut Nyak Dien dari kolonial Belanda.
3. Tertangkapnya Cut Nyak Dien Sampai Pengasingan
Waktu demi waktu berlalu, Teuku Umar gugur dalam perang di Meulaboh. Rencara penyerangan suami kedua Cut Nyak Dien itu ternyata diketahui Belanda. Kondisi ini tak membuat Cut Nyak Dien menyerah.
Cut Nyak Dien dengan keadaan fisiknya yang mulai renta terus berupaya melarikan diri dari serangan Belanda. Saat itu, kondisi Cut Nyak Dien dan pasukan tempurnya melemah karena ancaman yang terus datang dari Belanda.
Ditambah lagi, panglima pasukannya bernama Pang Laot berkhianat. Mereka kemudian berhasil menemukan tempat persembunyian Cut Nyak Dien dan membawanya ke Kutaradja.
Selanjutnya, pada 1907, Cut Nyak Dien diasingkan ke pulau Jawa, tepatnya di Sumedang, Jawa Barat. Dalam masa pengasingan itu, Cut Nyak Dien mengakhiri perjuangannya.
Akhir Hayat Cut Nyak Dien
Cut Nyak Dien meninggal pada 6 November 1908 karena usianya yang sudah renta dan sakit-sakitan. Cut Nyak Dien dimakamkan di daerah pengasingannya di Sumedang. Makam Cut Nyak Dien baru ditemukan pada tahun 1959 atas permintaan Ali Hasan, Gubernur Aceh saat itu.
Presiden Soekarno menetapkan Cut Nyak Dien sebagai Pahlawan Nasional pada 2 Mei 1962. Sementara itu, rumah Cut Nyak Dien di Aceh dibangun kembali oleh pemerintah daerah setempat sebagai simbol perjuangannya di Tanah Rencong.
(row/row)