Turis Tak Bisa Nikmati Sunset Labuan Bajo Efek Fenomena Haze

Turis Tak Bisa Nikmati Sunset Labuan Bajo Efek Fenomena Haze

Ambrosius Ardin - detikBali
Sabtu, 30 Nov 2024 23:29 WIB
Fenomena Haze atau udara kabur di perairan Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, Jumat (29/11/2024) (Ambrosius Ardin)
Foto: Fenomena Haze atau udara kabur di perairan Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, Jumat (29/11/2024) (Ambrosius Ardin)
Manggarai Barat -

Fenomena haze (udara kabur) masih terlihat di Langit Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu (30/11/2024). Fenomena haze ini terjadi sejak Jumat (29/11/2024). Langit Labuan Bajo terlihat berkabut. Jarak pandang jadi terbatas. Warga dan wisatawan tak bisa menikmati matahari terbenam (sunset) akibat kekaburan udara yang terlihat seperti kabut itu.

"Tidak ada sunset-nya," kata Yasinta, wisatawan nusantara saat ditemui di kawasan Puncak Waringin, Labuan Bajo, Sabtu sore.

Puncak Waringin adalah salah satu spot terbaik bagi wisatawan menikmati sunset di Labuan Bajo. Yasinta heran langit Labuan Bajo terlihat seperti mendung tapi gerah. Ia mengira sunset tak terlihat karena mendung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mendung terus ya makanya tidak ada sunset," ujarnya.

Yansinta tak sendirian di kawasan Puncak Waringin tadi sore. Terlihat puluhan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara di sana. Selain spot menikmati sunset, kawasan Puncak Waringin juga spot terbaik melihat pemandangan perairan Labuan Bajo yang penuh kapal pinisi dan gugusan pulau-pulau kecil di tengah laut.

ADVERTISEMENT

Kepala Stasiun Meteorologi Komodo Maria Patricia Christin Seran mengatakan fenomena haze masih terjadi hari ini di Labuan Bajo. Namun, kekaburan udara tak separah kemarin. Fenomena haze menyebabkan jarak pandang terbatas.

"Iya, masih ada fenomena haze tapi hari ini tidak separah kemarin," kata Maria, Sabtu.


Pariwisata Terdampak Haze

Maria mengatakan munculnya fenomena haze di ruang udara Labuan Bajo, bisa juga berdampak terhadap pariwisata di daerah tersebut. Haze yang menyebabkan jarak pandang terbatas menyebabkan wisatawan tak bisa menikmati pemandangan indah Labuan Bajo.

"Dampak yang lebih nyata bagi Labuan Bajo saat ini dari adanya kekaburan udara mungkin ke pariwisatanya. Karena haze menyebabkan pengurangan jarak pandang, yang dapat mengganggu pengalaman wisatawan saat menikmati pemandangan indah Labuan Bajo, termasuk panorama laut dan pulau-pulau sekitarnya," kata Maria merespons dampak fenomena haze di Labuan Bajo, Jumat.

"Ketika langit terlihat kabur, keindahan alam yang menjadi daya tarik utama bagi wisatawan menjadi tidak terlihat jelas," lanjut dia.

Wisatawan juga bisa saja tidak bisa merasakan pengalaman maksimal saat melakukan trekking dan aktivitas wisata bahari di perairan Labuan Bajo dan sekitarnya. Aktivitas wisata itu membutuhkan cuaca dan jarak pandang yang bagus.

"Lalu, aktivitas wisata seperti snorkeling, diving, dan trekking sangat bergantung pada kondisi cuaca dan visibilitas. Saat terjadi haze, bisa saja wisatawan mungkin tidak mendapatkan pengalaman maksimal dari keindahan bawah laut dan alam yang ada," katanya.

"Dampak jangka panjangnya tentu akan mempengaruhi perekonomian lokal yang sangat bergantung pada pariwisata," tandas Maria.

Fenomena haze bisa memengaruhi aktivitas penerbangan. Visibility atau jarak pandang juga menjadi unsur penting dalam dunia penerbangan. Dengan berkurangnya jarak pandang yang dilaporkan tentu akan mempengaruhi penerbangan.

Diketahui, langit Labuan Bajo terlihat berkabut pada Jumat (29/11/2024). Jarak pandang terbatas dan pulau-pulau kecil di perairan Labuan Bajo terlihat seperti diselimuti kabut. Maria menegaskan itu bukan kabut tapi udara kabur (haze). Fenomena itu terjadi di sejumlah daerah.

Maria menjelaskan haze dapat diartikan sebagai kekaburan udara yang disebabkan oleh partikel-partikel kecil yang mengaburkan pandangan dan mengurangi kejernihan langit. Ini sering kali terjadi ketika ada akumulasi debu, asap, atau uap air di atmosfer yang menghalangi cahaya

Haze disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor, termasuk polusi udara, kebakaran hutan, hingga debu vulkanik dari erupsi gunung berapi yang dapat melepaskan debu dan abu ke atmosfer.

"Selain itu kondisi cuaca seperti lapisan inversi di mana udara dingin terperangkap di bawah lapisan udara hangat, dapat menghalangi pergerakan vertikal polutan. Ini menyebabkan akumulasi partikel di dekat permukaan dan meningkatkan kejadian haze," tandas Maria.




(hsa/hsa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads