Belajar Sejarah Kota Kupang Melalui Pameran Merekam Kota

Belajar Sejarah Kota Kupang Melalui Pameran Merekam Kota

Anastasya Evlynda Berek - detikBali
Minggu, 27 Okt 2024 20:33 WIB
Pameran Merekam Kota di de Museum Cafe Jemaat Kota Kupang, NTT. (Anastasya Berek)
Foto: Pameran Merekam Kota di de Museum Cafe Jemaat Kota Kupang, NTT. (Anastasya Berek)
Kupang -

Kota Kupang memiliki sejarah yang kaya akan tradisi, budaya, dan transformasi sosial. Melalui program sosial 'Merekam Kota' yang diselenggarakan oleh Skolmus (Sekolah Multimedia Untuk Semua), detikers dapat mempelajari sejarah dengan audio dan visual yang menarik.

Program sosial Merekam Kota merupakan kegiatan dua tahun sekali yang dilakukan sebagai bentuk apresiasi terhadap kerja keras yang telah dilakukan komunitas Skolmus selama 1 tahun sebelumnya.

Skolmus merupakan suatu komunitas yang bergerak di bidang fotografi, videografi, dan pengarsipan. Komunitas ini sudah berdiri sejak 2011.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Merekam Kota 2024 ini menjadikan Kecamatan Kota Raja sebagai fokus pameran sejarah yang diadakan. Pameran ini berlokasi di de Museum Cafe Jemaat Kota Kupang yang terletak di daerah Lahilai Bissi Kopan, Kota Lama, Kota Kupang, tepatnya berada di samping Gereja Kota Kupang. Kegiatan ini diselenggarakan mulai 12-26 Oktober 2024.

Sherly Ati (24), salah satu panitia yang menjadi guide menjelaskan setiap cerita yang ada di pameran Merekam Kota. "Tujuan Merekam Kota ini sebenarnya ketong (kami) mau ajak anak muda untuk belajar sejarah dengan cara yang menarik dan sonde (tidak) membosankan, dan mengantok (mengantuk)," jelas Sherly sembari menjelaskan cerita yang terbagi ke dalam beberapa ruangan.

Adapun Merekam Kota ini terbagi atas beberapa ruangan yang memiliki cerita sejarahnya masing-masing di Kecamatan Kota Raja. Berikut di antaranya:

ADVERTISEMENT
  • Lokus Raja

Lokus Raja merupakan ruangan utama yang juga menjadi area berkumpul yang di mana menceritakan tentang tempat raja. Dalam hal ini detikers dapat dengan bebas menafsirkan arti kata raja. Karena pada zaman dahulu di daerah ini raja dalam artian bahwa orang-orang besar yang memiliki nama, bahkan kekuasaan di kalangan masyarakat.

Di tempat ini terdapat foto-foto zaman dulu yang hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu. Selain itu, terdapat pula tulisan tingkat 1 yang menceritakan tentang perumahan yang ada di daerah Naikoten.

Naikoten adalah daerah yang hanya ditinggali kumpulan orang kaya dan juga tulisan mengenai Pasar Inpres yang pernah terbakar serta olahraga yang dulu dimainkan oleh anak-anak. Ada juga tulisan pasang surut Kota Raja, yang menceritakan tentang gelombang kedatangan orang Rote dan orang Sabu ke Kota Kupang.

  • Rumah ke Rumah
Pameran Merekam Kota di de Museum Cafe Jemaat Kota Kupang, NTT. (Anastasya Berek)Pameran Merekam Kota di de Museum Cafe Jemaat Kota Kupang, NTT. (Anastasya Berek)

Ruangan yang berisikan instalasi gantungan rumah-rumah ini berguna untuk mengantar ke area cerita sejarah mengenai Kolam Airnona. Adapun foto-foto yang tertempel di rumah yang digantung, yang dikumpulkan dari tiap rumah.

Gantungan rumah-rumah itu dipasang dengan layout tinggi rendahnya rumah yang digantung menggambarkan tingkat kesulitan mendapatkan arsip yang ditampilkan dalam lampu-lampu rumah yang digantung.

Pada bagian ini dipilih gradasi warna dari putih menuju biru dengan maksud menghantarkan menuju ruangan selanjutnya yang bercerita tentang kolam Airnona yang di dalamnya memuat tentang mitos-mitos, kejadian yang terjadi atau kegiatan bahkan perlombaan yang pernah diadakan di kolam ini, serta keadaan kolam Airnona sekarang.

  • Lorong Tangan Kiri dan Mata Yang Mengawasi

Pameran Merekam Kota di de Museum Cafe Jemaat Kota Kupang, NTT. (Anastasya Berek)Pameran Merekam Kota di de Museum Cafe Jemaat Kota Kupang, NTT. (Anastasya Berek)

Lorong ini dianggap sebagai ruang transisi yang dimana berisikan tangan kiri dan mata besar yang bergerak mengawasi. Tangan kiri di sepanjang lorong ini menggambarkan tentang orang-orang yang tidak terlihat dalam proses pembangunan kota.

Dalam proses pembangunan pasti yang terlihat ialah orang-orang yang merupakan tangan kanan orang ternama seakan melupakan tangan kiri yang diartikan sebagai orang-orang yang rela berkorban meninggalkan tempat tinggalnya untuk sekedar pembangunan yang terjadi.

Sedangkan mata besar atau bisa disebut dengan mata penguasa yang mengawasi memiliki arti bahwa di mana pun kita berada akan selalu ada yang melihat dan memperhatikan segala gerak gerik yang kita lakukan.

  • Hiburan dan Kelas

Pameran Merekam Kota di de Museum Cafe Jemaat Kota Kupang, NTT. (Anastasya Berek)Pameran Merekam Kota di de Museum Cafe Jemaat Kota Kupang, NTT. (Anastasya Berek)

Dalam area ini terdapat instalasi berupa bioskop yang tertutup dan bisa disaksikan oleh satu per satu orang. Hal ini menggambarkan tentang hiburan yang sudah ada sejak Zaman dulu, tapi hanya bisa dinikmati oleh orang-orang tertentu (kelas atas). Sehingga hiburan yang disajikan tidak bisa dinikmati oleh semua orang secara langsung.

Terkhususnya zaman dahulu pada presiden teater harga 1 tiket seharga dengan 1 karung beras. Untuk itu hanya bisa dinikmati oleh orang-orang tertentu saja.

  • Kapsul Memori atau Pertokoan Kuanino

Pameran Merekam Kota di de Museum Cafe Jemaat Kota Kupang, NTT. (Anastasya Berek)Pameran Merekam Kota di de Museum Cafe Jemaat Kota Kupang, NTT. (Anastasya Berek)

Dalam ruangan ini berisikan tulisan tentang pertokoan yang berada di daerah Kuanino yang dikemas dengan kotak-kotak atau kapsul memori berisikan arsip-arsip pribadi. Pengunjung bisa meletakkan arsip pribadi di kotak-kotak tersebut.


Di belakang kotak-kotak ini juga terdapat rumah-rumah kecil yang menggambarkan bahwa seiring perkembangan zaman, rumah-rumah kian tertutup oleh bangunan pertokoan yang tinggi-tinggi.




(nor/gsp)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads