Monumen Perjuangan Bangsal, Tempat Pejuang Bali-Jawa-Lombok Berkumpul

Histori Kota

Monumen Perjuangan Bangsal, Tempat Pejuang Bali-Jawa-Lombok Berkumpul

I Nyoman Adhistaya - detikBali
Sabtu, 04 Nov 2023 20:34 WIB
Salah satu ruang pertemuan di Monumen Perjuangan Bangsal yang menjadi saksi sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Foto: Salah satu ruang pertemuan di Monumen Perjuangan Bangsal yang menjadi saksi sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. (I Nyoman Adhistaya/detikBali)
Badung -

Sebuah bangunan bertingkat dari kayu dengan jendela dan pintu kuno alias jadul berukuran besar berdiri di ujung Jalan Padang Luwih, Dalung, Badung, Bali. Bangunan yang dinamakan Monumen Perjuangan Bangsal itu masih kokoh hingga sekarang.

Monumen itu adalah bangunan bersejarah tempat para pejuang kemerdekaan dari Bali, Jawa, hingga Lombok berkumpul menyusun strategi perang.

Dulunya, bangunan itu merupakan milik seorang pengusaha kopra dan beras bernama Bagus Made Wiana. Bangunan yang difungsikan sebagai gudang, tempat berjualan, dan tempat tinggal itu kerap dijadikan tempat pertemuan rahasia para pejuang kemerdekaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sejak tahun 1942 hingga 1949 ada 49 peristiwa penting di Bali, sesuai dengan buku Bali Berjuang. Di antaranya Bangsal (Monumen Perjuangan Bangsal) ada di urutan tujuh," tutur Bagus Ngurah Rai, anak ketujuh Bagus Wiana yang diwawancarai detikBali, Jumat (3/11/2023).

Ruang pertemuan para pejuang kemerdekaan.Ruang pertemuan para pejuang kemerdekaan. (I Nyoman Adhistaya/detikBali)

Di sana, terjadi puncak gerakan rahasia bawah tanah oleh para pejuang untuk merebut dan mempertahankan kemerdekaan, pada 16 Agustus 1945.

ADVERTISEMENT

"Berkumpul 30 tokoh pejuang, baik dari Bali, Jawa, dan Lombok untuk mengatur strategi perang di Bali," kisah Tu Aji Rai, sapaan akrabnya.

Dengan lokasi yang strategis berupa area persawahan luas dan bangunannya yang bertingkat, rumah Bagus Wiana menjadi tempat kamuflase yang nyaris sempurna bagi pejuang untuk berkumpul. Kalau pun terdeteksi, tempat ini miliki pelarian berupa saluran air yang berada tepat di bawah bangunan.

"Para pejuang dulu ketika melalukan pertemuan dan ada musuh datang mereka akan memberikan kode berupa ketukan karena ini kan rumah kayu, dan mereka akan segera lari melalui terowongan (saluran air) ataupun bersembunyi di sana," ujar Rai.

Lembapnya udara langsung menyambut ketika memasuki bangunan utama dari Monumen Perjuangan Bangsal. Pantulan cahaya dari sela-sela ventilasi jendela yang jadul menyeruak menjadi penerang dalam tiap ruang pertemuan.

Nuansa antik sarat sejarah seolah mengajak para pengunjung monumen kembali ke masa lalu untuk larut dalam memori mendebarkan suasana pertemuan para pejuang saat itu. Meski sudah direnovasi pada 2007, suasana di tiap ruangan rapat begitu kuat. Serasa kembali ke masa lampau.

Monumen Perjuangan Bangsal terbagi menjadi tiga lantai. Di lantai dua saat ini terdapat ruangan pertemuan para pejuang (dulunya gudang kopra dan beras), ruang pimpinan, dan perpustakaan (gudang arsip) yang dulunya berada di lantai bawah. Sedangkan lantai tiga terdapat kamar suci (tempat yang disakralkan) dan ruang pengintaian.

Monumen Perjuangan Bangsal tampak dari kejauhan.Monumen Perjuangan Bangsal tampak dari kejauhan. Foto: I Nyoman Adhistaya/detikBali

Beragam bingkai piagam penghargaan, pusaka warisan keluarga dari tokoh adat maupun peninggalan para pejuang, dan juga buku-buku lawas masih tersimpan rapi di ruangan yang ada di bangunan monumen.

"Ada dulu salah seorang pengusaha, beliau membawa senjata dari Jawa ke Bali untuk para pejuang dan ini sangat rahasia, bahkan sampai akhir hayat beliau tidak mau cerita di mana tempatnya, karena ini sifatnya adalah dokumen penting sangat rahasa saat itu, beliau sangat menjaga kerahasiaan itu semuanya," urai Rai.

Keaslian struktur bangunan juga tetap dipertahankan hingga sekarang. Seperti langit-langit, tembok (tampilan luar monumen), dan pilar-pilar penyangga. Beberapa masih menggunakan kayu persis seperti dulu, meskipun beberapa bagian lainnya memang nampak tidak terlalu terawat.

"Renovasi ini sebagian dilakukan oleh keluarga besar tetapi ada juga dari pemerintah memberikan bantuan. Sejak selesai renovasi di tahun 2008 kami di sini terus membangun jiwa-jiwa semangat 45 dengan melakukan berbagai pelatihan bela negara, seminar, workshop bersama korps keluarga besar Menwa Ugracena dan berhasil mencetak 11 ribu kader-kader pendahuluan bela negara," tandas Rai.




(hsa/gsp)

Hide Ads