Coral Conservationist Club menggelar acara bertajuk "Coraline Saves the Coral" di The Slow Kitchen and Bar, Jalan Batu Bolong Nomor 97, Canggu, Badung, Sabtu (13/5/2023) malam. Acara ini digelar untuk membangkitkan kesadaran pentingnya melestarikan terumbu karang di lautan Indonesia. Sebab, ocean warming atau kenaikan suhu laut mengancam ekosistem 590 jenis terumbu karang milik Indonesia.
"Kami menginisiasi dulu ada gerakan nih dari anak-anak muda. Ya memanggil semua kalangan, mau kecil, mau tengah, mau yang sudah senior sekalipun untuk usaha sama-sama. Sadarnya harus sama-sama," kata Ketua Umum (Ketum) Asosiasi Koral, Kerang, Ikan Hias Indonesia Dirga Singkarru kepada wartawan.
Dia menyebut kenaikan suhu laut saat ini mencapai 1-2 derajat Celcius. "Itu (kenaikan suhu laut) bisa mengakibatkan kematian ekosistem terumbu karang," terang Dirga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dirga mengatakan gerakan tersebut untuk pertama akan difokuskan di Bali. Ini mengingat terumbu karang di Indonesia pernah mengalami pemutihan pada 2016 silam.
"Ekosistem terumbu karang kita (Indonesia) memutih. Di saat dia (terumbu karang) sudah memutih, dia mati. Di saat dia mati, dia juga tidak bisa bangkit atau hidup lagi. Nah, sehingga itu menjadi kehilangan aset gitu untuk kehidupan kita dan terutama generasi kita berikutnya," jelasnya.
Acara ini juga merupakan salah satu bentuk kampanye untuk mengingatkan publik untuk mempertahankan apa yang Indonesia punya, yakni terumbu karang. Dirga mengatakan bahwa terdapat 590 jenis terumbu karang yang ada di Indonesia.
"Makanya itu penting kita untuk berangkat dari masyarakat Bali bahwa ini ekosistem yang tidak mungkin bisa dibuat kembali. Jadi, kita bisa pertahankan apa yang kita punya," imbuh Dirga.
Selanjutnya, Dirga mengungkapkan bahwa akan ada peluncuran program pelestarian terumbu karang bulan depan di Tanjung Benoa, Nusa Dua. "Publik ikut berkontribusi dan berpartisipasi untuk melestarikan ekosistem terumbu karang," tuturnya.
Lokasi ini juga akan menjadi pembuatan bank terumbu karang. "Kami tempatkan pertama di Nusa Dua. Tetapi tidak menutup kemungkinan untuk di Bali Utara, tetapi untuk inisiasi awal kami mulai dari Nusa Dua," beber Dirga.
Nantinya, Dirga melanjutkan, Tanjung Benoa akan menjadi tempat penampungan atau penyimpanan stok terumbu karang. "Itu (terumbu karang) merupakan hasil dari budidaya. Jadi dipastikan bahwa ini bukan pengambilan dari alam. Ini legal, tersertifikasi, sesuai dengan ketentuan dan peraturan pemerintah kita dan murni 100 persen hasil dari budidaya," pungkasnya.
Dirga juga menyebut seluruh Indonesia bahkan wisatawan asing sekalipun dapat berkontribusi dalam menyelamatkan ekosistem terumbu karang di Indonesia.
"Kami mulai dari Bali. Kalau ini berjalan lancar, ya tidak menutup kemungkinan untuk seluruh Indonesia," tandasnya.
(hsa/hsa)