Hutan bambu di Kabupaten Bangli yang paling terkenal ialah di Desa Panglipuran. Hutan ini sangat menarik untuk dijadikan sebagai tempat tujuan wisata. Tak hanya memiliki pemandangan indah, hutan bambu di Bangli bagi warga setempat memiliki kesakralan dan sangat dijaga kelestariannya.
Fakta dan Sejarah Singkat Hutan Bambu di Bangli
Hutan bambu di Bangli tak sekadar hutan yang dipenuhi tumbuhan bambu. Lebih dari itu, hutan bambu ini memiliki sejarah dan fakta yang menarik untuk disimak.
Sejarah
Tanaman bambu memang menjadi ciri khas dan keunikan tersendiri dari Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, khususnya Desa Panglipuran dan desa di sekitarnya. Dilansir dari Prosiding Semnas Sastra dan Budaya II Universitas Udayana Bali, keberadaan bambu ini berkaitan dengan kerajaan-kerajaan kuno Bali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikisahkan bahwa Raja Buleleng, Panji Sakti menyerang Keraton Bangli. Rakyat Panji Sakti membawa sanan atau pikulan dari bambu. Bambu-bamu itu kemudian berserakan di mana-mana. Masyarakat kemudian menanamnya dan lama-kelamaan menjadi hutan bambu.
Sebagai desa kuno yang ditinggali suku Bali Aga, Desa Panglipuran sangat erat hubungannya dengan Desa Bayung Gede, Kecamatan Kintamani, Bangli. Keberadaan warga Desa Panglipuran awalnya merupakan pindahan dari masyarakat Bayung Gede.
Pada zaman dahulu, Raja Bangli bergelar I Dewa Ayu Den Bencingah meminta sejumlah warga Bayung Gede untuk mengawal dan menjaga keratonnya. Setelah kondisinya aman, warga tersebut diberi tempat perkebunan yang dinamakan Kubu Bayung. Tempat inilah yang kini menjadi Desa Panglipuran.
Dilansir dari jurnal di Universitas Atmajaya Yogyakarta, Panglipuran atau yang juga disebut Penglipuran memiliki dua arti. Pertama, Panglipuran berasal dari kata pangeling yang berarti pengingat dan pura yang berarti tempat atau tanah leluhur. Kedua, Panglipuran berasal dari kata penglipur karena dahulu Raja Bangli sering menghibur diri di sana.
Hingga kini, Desa Panglipuran masih memegang teguh aturan adat yang sudah dijalankan turun temurun. Misalnya larangan seorang pria memiliki lebih dari satu istri. Jika melanggar, warga tersebut akan dikucilkan di sebuah tempat bernama Karang Memadu.
Desa ini memiliki sangat bersih dan tertata rapi. Rumah-rumah di sini berbentuk sama. Karena keunikan-keunikan inilah Desa Panglipuran menjadi daya tarik wisatawan.
Fakta Wisata Hutan Bambu
Hutan bambu di Bangli memiliki beberapa fakta menarik yang dilansir dari lama indonesia.travel dan indonesia.go.id.
1. Hutan Seluas 45 Hektare
Hutan bambu di Bangli sangat luas, yakni mencapai 45 hektare. Hutan ini meliputi beberapa wilayah administrasi, antara lain Desa Panglipuran, Desa Kayubihi dan Kelurahan Kubu. Panglipuran sendiri memiliki 40 persen wilayah hutan bambu.
2. 14 Jenis Bambu
Ada 14 jenis bambu yang ada di kawasan hutan bambu tersebut. Informasi ini tertulis pada papan informasi di gerbang utama. Masing-masing jenisnya memiliki fungsi berbeda. Misalnya bambu petung, jajang, dan tali yang digunakan untuk bahan bangunan. Jenis lainnya ada bambu ampel, tambang dan gading.
3. Digunakan untuk Ritual
Selain untuk bahan bangunan, bambu di Panglipuran juga digunakan untuk kelengkapan ritual. Bambu biasa digunakan sebagai tiang pancang penjor, anyaman bambu tempat sesajen, penopang patung ogoh-ogoh saat pawai menjelang Nyepi.
4. Dianggap Sakral
Hutan bambu ini pun masih dianggap sakral oleh masyarakat setempat. Mereka percaya hutan ini adalah awal sejarah keberadaan masyarakat di situ, Mereka pun meyakini ada waktu-waktu tertentu yang baik untuk menebang pohon bambu. Jika menebang di waktu yang tidak baik, maka akan terjadi hal buruk.
Mereka juga tidak memanen bambu saat musim hujan karena rebung kebanyakan air. Rumpun bambu yang cocok ditebang pun diatur. Hal ini pun wujud keseimbangan manusia dan alam dalam Tri Hita Karana, karena bambu tidak bisa sembarangan ditebang.
5. Dijaga Kelestarian
Hingga kini masyarakat terus menjaga kelestarian hutan bambu karena selain sakral, bambu memiliki banyak manfaat. Tinggal di daerah resapan air, masyarakat pun tidak akan kesulitan mendapatkan air tanah.
Nilai ekonomi dari bambu pun sangat tinggi, bambu dijual untuk bahan baku atap angkul-angkul (gerbang rumah), bangunan dapur (pawon), balai upacara (bale saka enem), dan balai warga (bale banjar), serta berbagai kegiatan ritual.
Lokasi dan Cara Menuju Wisata Hutan Bambu di Bangli
Lokasi hutan ini berada di Desa Adat Panglipuran. Jika kalian sudah berada Desa Adat Panglipuran, berjalanlah hingga ke tingkat paling atas, maka akan ada petunjuk mengarah ke hutan bambu.
Kalian cukup berjalan sekitar 100 meter untuk menemui hutan bambu ini. Jika ingin menjelajahi hutan bambu ini, detikers bisa menggunakan sepeda yang banyak disewakan di sana. Selain menikmati suasana asri, kalian juga bisa berfoto-foto dengan latar belakang pohon bambu tinggi dan semburat cahaya yang menembus sela-sela bambu.
Jika berjalan kaki melewati jalan setapak dari paving block dan aspal, detikers bisa mengelilingi hutan sekitar 2 kilometer selama satu jam. Turis juga biasa berolahraga di jalur ini saat pagi atau sore hari.
Desa Panglipuran pun menyajikan berbagai kegiatan seni dan budaya yang bisa disaksikan pada waktu tertentu. Di sekitar lokasi juga tersedia banyak penginapan dan rumah makan yang menyajikan menu khas Bali dan menu lainnya.
Demikian tadi ulasan mengenai wisata hutan bambu di Bangli yang memiliki sejarah panjang sejak zaman kerajaan kuno Bali. Hutan ini masih dianggap sakral dan sangat dijaga kelestariannya karena memang manfaatnya yang luar biasa.
(bai/fds)