Bio Kong atau pemangku kelenteng tertua di Bali, Caow Eng Bio, Nyoman Sanjaya menyebut tempat ibadahnya kerap didatangi umat beragama non-Konghucu. Padahal, kelenteng yang terletak di Tanjung Benoa, Kuta Selatan, Badung, itu sejatinya rumah ibadah umat Konghucu.
Namun, pemangku yang berasal dari Denpasar ini tak melarang kehadiran umat beragama lainnya di tempat persembahyangannya.
"Siapapun boleh sembahyang di sini. Muslim, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, mereka semua ke sini sembahyang," ujarnya kepada detikBali, Kamis (19/1/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama menjadi pemangku Caow Eng Bio, Sanjaya bercerita beberapa pengalaman unik yang dialaminya. Salah satunya,
banyak umat non-Konghucu yang datang sampai menangis di kelenteng.
Ia mengaku tak tahu penyebabnya. Tetapi secara umum, orang datang ketika sedang mengalami masa sulit atau bahagia. Mereka yang bahagia ingin mengucap syukur.
Adapun, kelenteng Caow Eng Bio dibuka setiap hari. Umat non-Konghucu tidak memiliki hari khusus saat berkunjung. Kelenteng ini merupakan kelenteng tertua di Bali yang dibangun pada tahun 1548.
Kelengteng ini satunya-satunya di Indonesia yang memiliki tuan rumah Dewi Laut (Shui Wei Shen Niang).
(BIR/nor)