4 Keunikan Desa Wisata Blimbingsari di Jembrana, Gas Melali!

4 Keunikan Desa Wisata Blimbingsari di Jembrana, Gas Melali!

I Ketut Suardika - detikBali
Minggu, 28 Agu 2022 16:26 WIB
Jembrana -

Desa Wisata Blimbingsari, yang terletak di Desa Blimbingsari, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Bali, menjadi salah satu desa wisata religi di Jembrana. Salah satu yang menjadi daya tarik, gereja tertua dengan desain arsitektur Bali dan keindahan alam yang asri.

Akses ke Desa Blimbingsari ini tidak jauh dari kota Negara, sekitar 26 kilometer ke arah barat pusat kota Negara dan sekitar 20 kilometer dari arah Pelabuhan Gilimanuk.

Memasuki pintu Desa Blimbingsari, akan disambut gapura besar Desa Blimbingsari atau pengunjung asing sering menyebut Blimbingsari Gate. Pintu masuk yang besar berbentuk mirip gapura jaman kerajaan di Roma yang berisikan simbul simbul keagamaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Memasuki desa, langsung dimanjakan dengan suasana desa yang rapi, hijau, dan bersih. Kebun atau taman di pinggir jalan desa dan di rumah penduduk tertata rapi, sejuk dipandang mata.

Tidak jauh dari pintu desa, akan tiba di simpang empat Tugu Salib. Di mana di simpang empat ini merupakan titik pusat desa dan ditempatkan tugu dengan simbol salib.

ADVERTISEMENT

Menariknya, melihat sekeliling sepanjang perjalan di jalanan desa tidak ada sampah terlihat berserakan di desa yang penduduknya mayoritas menganut agama Nasrani ini.

Persis di depan kantor Desa Blimbingsari, terdapat Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB), Desa Blimbingsari. Gereja ini merupakan salah satu gereja tertua sekaligus terunik di Bali. Salah satu terunik di dunia yang menjadi daya tarik kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara.

Perbekel Desa Blimbingsari I Made John Ronny menceritakan, keberadaan Desa Blimbingsari berawal pada tahun 1939. Awalnya, Desa Blimbingsari ini dimulai dari orang-orang yang berasal dari Denpasar dan sekitarnya.

"Jadi mereka pindah ke Desa Blimbingsari pada tahun 1939," kata John Ronny, saat ditemui detikBali," Minggu (28/8/2022).

Desa Blimbingsari dalam perkembangannya sebagai desa wisata. Terbentuknya desa wisata ini, awal mulanya ada beberapa tokoh dari gereja, desa dan paguyuban berinisiatif membuat desa wisata.

Kemudian terbentuklah komite pariwisata pada tahun 2005. Komite pariwisata ini, khusus menangani pariwisata atau tamu-tamu yang datang ke Desa Blimbingsari.

Desa Blimbingsari ditetapkan menjadi sebuah desa wisata sejak 16 Desember 2011 oleh Gubernur Bali. Kemudian diresmikan oleh Bupati Jembrana pada tanggal 25 Desember 2011.

Tentu saja diraih dengan tidak mudah, sebuah perjalanan yang sangat panjang dan penuh proses dilalui oleh Desa Blimbingsari sehingga menjadi desa yang makmur, sejuk dan asri.

Berikut daya tarik Desa Blimbingsari

Tradisi Memenjor-Ngelawar Jelang Hari Raya Natal

Daya tarik wisatawan berkunjung di Desa Wisata Blimbingsari ini, sebagian besar ingin melihat tradisi ibadah umat nasrani yang tergolong unik, yang menggunakan tradisi budaya Bali. Juga ada budaya memenjor (membuat penjor) dan membuat makanan lawar Bali menjelang Hari Raya Natal.

"Jadi kami di Desa Blimbingsari ini beribadah seperti layaknya teman-teman di Bali, memakai busana Bali. Jadi gamelan biasanya kami memakai alat musik seperti, gitar, keyboard, organ, diganti semuanya dengan gamelan gong Bali," jelasnya.

Di samping itu, seluruh rangkaian ibadah itu dikemas dengan berbahasa Bali, mulai dari nyanyian hingga kotbah menggunakan bahasa Bali. Ibadah itu biasanya dilaksanakan pada awal bulan minggu pertama. "Jadi itulah yang di banyak diminati para tamu yang berkunjung ingin melihat bagaimana orang Kristen Bali," ungkapnya.

Gereja Gunakan Ornamen Khas Bali

Di gereja ini terdapat aneka ukiran ornamen khas Bali. Semua ukiran dibuat oleh tukang ukir dari Ubud. Ceritanya diambil dari cerita injil atau bibel. Salah satu ukiran di tembok gereja bercerita tentang cerita pembasuhan kaki Yesus oleh muridnya.

"Umumnya di gereja ada lonceng untuk tanda akan ada persembahyangan, namun di gereja ini kita menggunakan kulkul atau kentongan, bukan lonceng," ujarnya.

Gunakan Rumah Warga untuk Penginapan

Sekretaris Komite Pariwisata Desa Blimbingsari I Wayan Murtiyasa (65) mengatakan, Desa Wisata Blimbingsari merupakan pariwisata pariwisata berbasis masyarakat dengan tidak membangun hotel-hotel khusus untuk wisatawan.

"Menggunakan semua rumah-rumah masyarakat sebagai penginapan atau akomodasi," ujarnya.

Di samping itu, lanjut Murtiyasa, tidak membangun restoran tetapi memberdayakan kelompok kuliner yang ada di masyarakat.

"Pemandu wisata kita ambil dari kelompok anak-anak muda kita latih sebagai pemantau wisata juga pendukung yang lainnya seperti kesenian dan sebagainya," jelasnya.

Saat ini, awal tahun 2022 ini, kata Murtiyasa, mulai berangsur-angsur pulih. Ditambah dengan kegiatan acara lain di Bali seperti, program Bali bangkit dari provinsi, bisa menjadi faktor untuk memulainya menggeliat sektor pariwisata, termasuk berdampak kepada sektor ekonomi.

"Awal 2022 ini, sudah mulai ada kunjungan kunjungan di Desa Blimbingsari.Yang mendominasi itu memang masih kunjungan nasional. Kemudian di bulan Juli juga sudah ada dari mancanegara seperti, Amerika, Asia Pasifik, dari Eropa dari Australia," ungkapnya.

Bisa Tracking Lintasi Hutan

Selain bangunan gereja yang menjadi daya tarik favorit kunjungan, terdapat juga wisata tracking yang melintasi kawasan hutan. Dengan panorama hutan alami dan asri, terdapat burung jalak Bali yang menjadi ikon Taman Nasional Bali Barat (TNBB).

"Untuk kunjungan hingga saat ini sudah ada sekitar 2 ribu kunjungan domestik dan kunjungan mancanegara sekitar 100 orang. Mereka yang datang 2 ribu itu, mereka yang datang yang langsung untuk melihat lihat berfoto foto terus pergi. Kita record itu," pungkasnya.

Halaman 3 dari 2
(nor/nor)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads