Dipaksa Belanja di Pantai Kuta? Bendesa: Rekam dan Laporkan!

Dipaksa Belanja di Pantai Kuta? Bendesa: Rekam dan Laporkan!

Tim detikBali - detikBali
Minggu, 24 Apr 2022 07:32 WIB
Pedagang di Pantai Kuta Bali
Suasana Pantai Kuta sebelum pandemi. (Aditya Mardiastuti/detikTravel)
Badung -

Ada yang merasa tidak nyaman saat berwisata ke Pantai Kuta? Merasa terganggu oleh sikap pedagang yang terlalu memaksa berbelanja? Rekam saja aksinya, lalu laporkan ke pengelola pantai.

Video viral seorang bule yang mengeluhkan pedagang di Pantai Kuta, disikapi Desa Adat Kuta sebagai pengelola Pantai Kuta. Kepada siapapun pengunjung pantai yang mengalami hal serupa, pihak Desa Adat Kuta meminta agar merekam semua peristiwa yang dialami dan segera melaporkannya ke Satuan Tugas (Satgas) Pantai Kuta, tim khusus dari Desa Adat Kuta yang bertugas mengelola pantai.

"Kalau terjadi pedagang di Pantai Kuta yang melakukan pemaksaan terhadap wisatawan itu, tiang (saya) mohon kerja samanya, baik itu kepada wisatawan sendiri kemudian para pedagang yang kebetulan lihat hal itu. Siapapun yang melihat hal itu tolong direkam, kasi tiang (beri saya) bukti. Buktinya (diberikan) ke desa adat. Tiang (saya) akan cabut kartunya kalau mereka memiliki kartu," tegas Bendesa Adat Kuta Wayan Wasista kepada detikBali, Sabtu (23/4/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bila para pelaku pemaksaan itu terbukti bukan pedagang resmi di Pantai Kuta, maka pihak Desa Adat Kuta akan melaporkannya kepada pihak yang berwajib. Pasalnya, menurut Wasista, belakangan banyak pedagang pedagang yang tidak memiliki kartu anggota, berkeliaran di wilayah pantai.

"Jangan-jangan mereka tidak punya kartu berjualan kemudian memaksa tamu dan ingin menjatuhkan Kuta, kan bisa jadi juga seperti itu," ujarnya curiga. "Kalau tidak berkartu, saya akan laporkan juga ke pihak berwajib. Kan merusak nama desa," Wasista menambahkan.

ADVERTISEMENT

Ia meminta para pengunjung pantai maupun sesama pedagang untuk merekam para pedagang saat melakukan aksinya memaksa turis berbelanja. Hal itu akan menjadi barang bukti kuat atas aksi mereka.

Wasista sendiri sempat meragukan video bule yang mengeluhkan Pantai Kuta. Pasalnya, video tersebut tidak memperlihatkan suasana pantai maupun kelakuan para pedagang yang dikeluhkannya. Ia menjadi kurang yakin bahwa video itu memang dibuat di Pantai Kuta.

Karenanya, Wasista meminta agar video juga merekam aksi para pedagang yang sedang memaksa mereka, beserta suasana pantai.

"Barangsiapa yang berkunjung ke Pantai Kuta, bilamana merasa diganggu atau dipaksa oleh pedagang-pedagang, silakan tolong direkam, diberi tiang (saya) buktinya, nanti biar bisa tiang (saya) sidak orang itu, tiang (saya) panggil orang itu, untuk tiang (saya) cabut kartunya kalau mereka berkartu. Kalau tidak berkartu, saya akan laporkan juga ke pihak berwajib," Wasista menegaskan kembali.

Sementara mengenai viralnya video bule di media sosial (medsos) itu, Wasista mengaku pihaknya sudah menyikapi permasalahan tersebut. Berbagai pihak mulai dari pecalang hingga tokoh masyarakat lain sudah melakukan sidak terhadap pedagang asongan di Pantai Kuta.

"Tiang (saya) sudah lakukan sidak, tiang sudah turunkan tim. Jadi dari pecalang desa, kemudian prajuru desa, dan memang satgas pantai yang memangku tugasnya di sana tetap tiang (saya) tingkatkan pengawasannya," ungkap Wasista.

Sebelumnya, sebuah video yang beredar di media sosial viral Jumat (22/4/2022). Bule perempuan yang belum diketahui identitasnya itu mengeluh orang orang sekitarnya mengganggunya saat berjalan di Pantai Kuta, Bali. Ia menyebut dirinya telah dilecehkan saat berjalan di pantai.

Hal itu diduga terkait dengan keberadaan pedagang pantai yang memaksanya membeli. Perempuan berkacamata itu menyebut Kuta adalah yang terburuk, dan ia berjanji bahwa ia tak akan pernah lagi kembali ke Kuta, bahkan ke Bali.

Dalam video singkat yang menyebar di Instagram itu, si bule berbaju putih menyebut, "Kuta is the worst" (Kuta adalah yang terburuk).




(nke/nke)

Hide Ads