Calon gubernur nomor urut 2 Zulkieflimansyah menyentil salah satu pesaingnya, Lalu Muhamad Iqbal, dalam sesi debat perdana Pemilihan Gubernur (Pilgub) NTB 2024 di Lombok Raya Hotel, Mataram. Menurut Zul, menjadi gubernur NTB sangat berbeda dengan menjadi duta besar (dubes) seperti yang telah dijabat oleh Iqbal.
"Saya sampaikan. Jadi Gubernur itu beda dengan jadi dubes. Meritokrasi itu penting, tetapi kadang-kadang (pejabat publik) yang dipilih oleh masyarakat menyediakan toleransi dan kelenturan," ujar Zul menanggapi jawaban Iqbal soal birokrasi di NTB.
Zul mengatakan sistem di pemerintahan NTB tidak boleh terlalu saklek. Selain itu, Zul juga beranggapan jika sistem itu harus lentur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jangan tendang sistem terlalu keras, karena nanti sistem akan menendang balik lebih keras," ungkap Zul.
Sentilan Zul berawal ketika Iqbal mendapatkan undian pertanyaan mengenai merit system yang sudah dibuat panelis. Pernyataan yang didapatkan Iqbal adalah bagaimana mewujudkan merit system di tengah pemerintahan NTB yang masih mengedepankan proses kedekatan dalam menempatkan orang di birokrasi.
Iqbal merespons pertanyaan itu dengan senang. Sebab, ia 28 tahun menghabiskan waktu atau karier sebagai birokrat dan bisa menjadi eselon II, eselon I, bahkan duta besar (dubes) karena diuntungkan oleh merit system.
"Dan saya ini datang dari pulau yang jauh, bukan siapa-siapa, tidak punya ordal (orang dalam), masuk ke Kementerian Luar Negeri, alhamdulillah bisa jadi eselon I paling muda, eselon II juga paling muda alhamdulillah, dan bisa jadi dubes juga paling muda," ujar Iqbal.
Menurut Iqbal, hal tersebut bisa terjadi karena meritokrasi. Oleh karena itu, sebagai orang yang diuntungkan oleh merit system, Iqbal berjanji akan menghadirkan hal tersebut di birokrasi pemerintahan NTB.
"Kalau saya adalah orang yang diuntungkan oleh meritokrasi, maka tidak dilakukan lagi, saya ingin melihat seluruh birokrasi di pemerintah provinsi di NTB juga merasakan indahnya meritokrasi. Dan kita akan wujudkan komitmen itu, memastikan agar setiap orang termotivasi untuk maju, agar setiap orang termotivasi untuk melakukan yang terbaik di dalam memberikan pelayanan kepada publik," jelas Iqbal.
"Ini adalah komitmen Iqbal-Finda dan itu termaktub dengan jelas di dalam misi kami nomor tiga. Meritokrasi adalah salah satu esensi dalam upaya kami untuk memperbaiki birokrasi," imbuh mantan Dubes RI untuk Turki itu.
Pernyataan Iqbal itu kemudian ditanggapi oleh dua paslon lainnya, termasuk Siti Rohmi Djalillah. Seusai Rohmi menanggapi, barulah kesempatan diberikan kepada Zul. Zul kemudian menyentil Iqbal jika menjadi gubernur berbeda dengan menjadi dubes.
Masalah Tenaga Honor
Sementara itu, dalam pernyataan soal tenaga kerja honorer di NTB, Zul berpandangan menyelesaikan kesejahteraan tenaga honorer di NTB memang tidak mudah.
"Saya sepakat. Tidak mudah selesaikan tenaga honorer ini, tetapi alhamdulillah pemerintah pusat sudah ada perubahan status, ini bisa menyelesaikan ini lebih jauh," kata Zul.
Dalam hal ini juga, Zul melanjutkan, semua yayasan di NTB juga bisa mencari sumber dana dengan mitra yang ada di sekitarnya untuk kesejahteraan pada tenaga honorer di NTB.
"Nanti para bupati harus kompak. Sehingga beban kita ini kita bawa bersama," tandas Zul.
Untuk diketahui, pasangan Zul-Uhel didukung tiga partai politik, yakni PKS, Partai NasDem, dan Partai Demokrat.
(iws/gsp)