Pernah Potong Kelamin, Pria Lombok Tewas Tergantung di Pohon Aren

Pernah Potong Kelamin, Pria Lombok Tewas Tergantung di Pohon Aren

Abdurrasyid Efendi - detikBali
Rabu, 01 Okt 2025 23:15 WIB
PolisiΒ melakukan olah TKPΒ kasus pria tewas gantung diri di Gunungsari, Lombok Barat, NTB, Rabu (1/10/2025). (Foto: Dok. Polresta Mataram)
PolisiΒ melakukan olah TKPΒ kasus pria tewas gantung diri di Gunungsari, Lombok Barat, NTB, Rabu (1/10/2025). (Foto: Dok. Polresta Mataram)
Lombok Barat -

DISCLAIMER: Informasi berikut ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapa pun melakukan tindakan serupa. Bila Anda merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental terdekat.

Pria berinisial INS ditemukan tewas tergantung di pohon aren belakang rumahnya di wilayah Gunungsari, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB). Pria berusia 57 tahun itu sebelumnya juga pernah mencoba melakukan aksi bunuh diri dengan memotong alat kelaminnya.

"Korban sebelumnya pernah melakukan percobaan bunuh diri dengan melukai perut hingga usus keluar maupun memotong alat kelaminnya sendiri," kata Kapolsek Gunungsari, Iptu Ida Bagus Adnyana Putra, Rabu (1/10/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

INS pertama kali ditemukan tewas oleh anaknya yang baru pulang kerja. Saat ditemukan, tubuh INS masih tergantung di pohon dengan selendang melingkar di tubuhnya.

ADVERTISEMENT

"Saat pulang kerja anaknya tidak menemukan ayahnya di rumah. Setelah berkoordinasi dengan pamannya, keduanya melakukan pencarian hingga akhirnya menemukan korban dalam kondisi tergantung," imbuh Adnyana Putra.

Anak INS syok dan berteriak histeris saat menemukan ayahnya itu tewas mengenaskan. Keluarga kemudian menurunkan jasad INS dan membawanya ke rumah.

Adnyana mengungkapkan polisi sudah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan meminta keterangan saksi-saksi. Menurutnya, keluarga menerima telah mengikhlaskan kejadian tersebut dan menganggapnya sebagai musibah.

"Keluarga sudah membuat pernyataan resmi untuk tidak dilakukan autopsi. Mereka menerima peristiwa ini sebagai musibah," ujar Adnyana.

"Kami mengimbau masyarakat untuk saling peduli, karena perhatian dari orang terdekat sangat penting dalam mencegah peristiwa serupa," pungkasnya.




(iws/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads