Sejumlah mahasiswa dan pemuda menolak rencana pembangunan Sekolah Garuda di Kebun Raya Lemor (KRL) di Desa Suela, Kecamatan Suela, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB). Mereka khawatir pembangunan SMA Garuda Nusantara itu akan mengancam ekosistem kawasan hutan lindung tersebut.
Penolakan tersebut disampaikan para mahasiswa dan pemuda dari Aliansi Gumi Patuh Karya. Hal itu diutarakan saat audiensi bersama Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Lombok Timur.
"Apapun skema yang ditawarkan oleh Pemkab (Pemerintah Kabupaten Lombok Timur), kami tetap menolak," ujar Azhar Pawadi, salah satu perwakilan aliansi mahasiswa di gedung DPRD Lombok Timur, Jumat (26/9/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Azhar lantas membeberkan alasan penolakan pembangunan SMA Garuda Nusantara di KRL. Menurutnya, kebun raya tersebut selama ini dimanfaatkan untuk rekreasi, pendidikan, penelitian, hingga konservasi.
KRL sendiri dibagi menjadi dua zonasi, yakni kawasan insitu dan eksitu. Zona insitu termasuk kawasan hutan lindung, sedangkan eksitu berada di kawasan yang saat ini diperuntukkan sebagai tempat rekreasi, pendidikan, maupun konservasi.
Azhar menegaskan para mahasiwa dan pemuda di daerah itu tidak pernah menolak pembangunan fasilitas pendidikan seperti sekolah unggulan. Menurutnya, mereka hanya menolak lokasi pembangunan sekolah unggulan tersebut di KRL.
"Kami tidak menolak pendidikan, yang kami tolak itu lokasi bangunanya di KRL. Silakan Pemkab cari aset yang lain seperti di Pekosong, Pringgabaya," imbuh Azhar.
Pembangunan sekolah di KRL juga dikhawatirkan mengancam zona inti atau hutan lindung Lemor. Terlebih, hutan tersebut berdekatan dengan lokasi proyek yang juga menjadi sumber mata air masyarakat sekitar.
Bappeda Sebut Baru Usulan
Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Lombok Timur, Zaidar Rahman, menjelaskan rencana pembangunan sekolah unggulan tersebut masih dalam tahapan usulan. Menurutnya, pembangunan sekolah itu juga perlu dikaji terkait analisis dampak lingkungan (Amdal).
"Ini masih baru rencana, ini masih tahapan usulan, dan belum pasti juga. Kami saat ini berusaha memenuhi kelengkapan persyaratan yang diminta untuk pembangunan SMA unggulan ini," kata Zaidar, Jumat.
Zaidar mengeklaim berdirinya sekolah tersebut akan mencetak sumber daya manusia (SDM) yang berdaya saing. Ia menegaskan lokasi pembangunan sekolah itu tidak akan menggunakan seluruh lahan di Kebun Raya Lemor. Diketahui, total luas KRL mencapai 20 hektare.
"Hanya 2,3 hektare dari luasan keseluruhan dan tidak akan lebih dari itu. Dari luas itu sudah termasuk jalan-jalan, pembangunan kantor-kantor, ruang kelas, ruang guru, dan lapangan. Saya pastikan tidak lebih dari 2,3 hektare itu," imbuh Zaidar.
Zaidar menerangkan tahap kajian Amdal terkait pembangunan sekolah itu saat ini masih berjalan. Dia mengajak warga berpartisipasi dan berkontribusi dalam mengkaji dampak lingkungan dari pembangunan tersebut.
"Kalau nanti dari analisis lingkungannya itu berdampak buruk, ya saya rasa itu juga bisa kita tolak bersama-sama," ujar Zaidar.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lombok Timur, dia berujar, sudah berupaya mencari lokasi alternatif pembangunan sekolah unggulan tersebut. Namun, dia melanjutkan, belum ada aset Pemkab yang memenuhi persyaratan.
"Kami sudah berusaha mencari untuk aset Pemkab yang lain, tapi tidak ada yang seutuh di KRL. Walaupun ada, tapi jumlah luasnya kecil-kecil," pungkasnya.
Simak Video "Video: Turis Brasil Jatuh ke Jurang 200 Meter saat Mendaki Rinjani"
[Gambas:Video 20detik]
(iws/iws)