Kemarau Tiba, Debit Air PDAM di Mataram Mengecil-9 Daerah Siaga Kekeringan

Kemarau Tiba, Debit Air PDAM di Mataram Mengecil-9 Daerah Siaga Kekeringan

Sui Suadnyana, Nathea Citra, Ahmad Viqi - detikBali
Senin, 25 Agu 2025 17:11 WIB
Ilustrasi sumber air bersih, pompa air.
Foto: Ilustrasi air PDAM. (Dragana_Gordic)
Mataram -

Debit air perusahaan daerah air minum (PDAM) di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), mengecil. Berkurangnya debit air ini karena telah memasuki musim kemarau.

Febri adalah salah satu warga Mataram yang merasakan penurunan debit air PDAM. Menurutnya, kondisi itu sudah terjadi sejak beberapa hari terakhir.

"Padahal sebelumnya normal, nggak pernah ada masalah. Mulai kecil beberapa hari terakhir ini sih, belum seminggu pokoknya," kata Febri, Senin (25/8/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Senada dengan Febri, salah satu warga Kecamatan Sekarbela, Mataram, Agustina, juga merasakan debit air PDAM di rumahnya mendadak kecil. Padahal, debit air PDAM di perumahannya biasanya normal dan jarang bermasalah.

"Sejak beberapa hari ini, debit air saat pagi kecil banget, pada saat malam pun nggak terlalu besar. Semoga bisa kembali normal, soalnya terganggu banget, apalagi kalau lagi cuci piring, jadi makin lama," ucap Agustina.

ADVERTISEMENT

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Mataram, Muzaki, mengakui ada laporan debit air mulai berkurang di sejumlah titik. Bahkan, ada yang melaporkan debit air sangat kecil dibandingkan hari-hari biasanya.

Menurut Muzaki, penurunan debit air PDAM terjadi lantaran musim kemarau. Selain Mataram, sejumlah wilayah di NTB juga sudah memberlakukan penanganan musim kemarau.

"Karena di Mataram relatif lahan pertaniannya sedikit, jadi (dampak dari kemarau ini lebih mengarah ke) debit air yang berkurang," terang Muzaki saat diwawancarai di Taman Sangkareang, Mataram.

Plt Kalaksa BPBD Mataram, Muzaki saat diwawancarai di Taman Sangkareang, Senin (25/8/2025). (Nathea Citra/detikBali)Foto: Plt Kalaksa BPBD Mataram, Muzaki saat diwawancarai di Taman Sangkareang, Senin (25/8/2025). (Nathea Citra/detikBali)

9 Daerah Masuk Siaga Kekeringan

Kalaksa BPBD NTB, Ahmadi, mengatakan sebanyak sembilan kabupaten/kota masuk periodesasi Siaga Darurat Kekeringan 2025. Sementara itu, Provinsi NTB baru masuk posisi Siaga Darurat Kekeringan pada September 2025.

Sembilan kabupaten/kota yang sudah masuk Siaga Darurat Kekeringan 2025 adalah Lombok Barat, Lombok Tengah, Lombok Utara, Lombok Timur, Sumbawa Barat, Sumbawa, Dompu, Kota Bima, dan Kabupaten Bima. "Semua sudah siaga, kecuali Mataram," katanya.

"Artinya, kami berjaga-jaga kalau terjadi peningkatan eskalasi kekeringan, kami langsung melaksanakan operasi, misalnya untuk penyaluran air bersih, mau tidak mau dengan melakukan, misalnya droping air pakai mobil tangki dan lain lain," kata Ahmadi saat dihubungi.

Kalaksa BPBD NTB, Ahmadi. (Ahmad Viqi/detikBaliFoto: Kalaksa BPBD NTB, Ahmadi. (Ahmad Viqi/detikBali)

Sejauh ini, Ahmadi berujar, sembilan daerah yang masuk Siaga Darurat Kekeringan 2025 belum mengajukan bantuan pengiriman air bersih. Pengajuan bantuan baru dari kelompok masyarakat saja. "Karena penanganan kami secara sinergi semua pihak," ujar Ahmadi.

Ahmadi menambahkan terjadinya kemarau basah yang melanda sejumlah wilayah di NTB tidak bisa menambah debit air. Kemarau basah hanya mampu melahirkan curah hujan kecil dan singkat.

"Ya jadi tidak kami masukan sebagai fenomena yang menambah air permukaan atau air dalam. Itu situasional saja sifatnya, hampir seminggu mendung, curah hujan juga sangat rendah. Jadi, tetap saja kita kembali kepada sirkulasi fenomena musim kemarau. Itu terjadi setiap tahun seperti itu," tutur Ahmadi.

Puncak Siaga Darurat Kekeringan diprediksi terjadi pada September 2025. Oleh karenanya, Ahmadi mewanti-wanti seluruh elemen, baik pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, dan non-government organisation (NGO), termasuk swasta, untuk memberikan layanan, terutama kebutuhan air bersih di tengah masyarakat yang terdampak.

Menurut Ahmadi, selama ini penanganan air bersih di tengah masyarakat masih menjadi kewenangan di kabupaten. Jika eskalasi besar, barulah akan di-back up oleh pemerintah provinsi dan kementerian.

Ahmadi juga berencana mengajukan dana bantuan tidak terduga (BTT) ke Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB sebesar Rp 300 juta untuk menghadapi puncak Siaga Darurat Kekeringan 2025 di sembilan daerah tersebut.

"Sambil kami mencari masukan data di kabupaten/kota. Kalau kami lihat yang lalu-lalu, Rp 300 juta sharing anggarannya. Asal kita siapkan saja, namanya usulan. Mudah-mudahan ini bisa mencukupi kebutuhan segala pihak, masyarakat kita, terutama masyarakat yang membutuhkan air bersih," tegas Ahmadi.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: BMKG Prediksi Puncak Musim Kemarau di RI: Juni-Agustus 2025"
[Gambas:Video 20detik]
(hsa/hsa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads