Setelah tiga hari menerapkan pembelajaran daring, SMP Negeri 8 Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), kembali membuka sekolah untuk pembelajaran tatap muka pada Jumat (25/7/2025).
Kebijakan ini diambil usai kasus dugaan keracunan massal yang menimpa ratusan siswa setelah mengonsumsi makanan bergizi gratis (MBG) di sekolah. Sebagai langkah antisipasi, pihak sekolah mewajibkan seluruh siswa membawa bekal sendiri dari rumah.
"Hari ini saya sudah keluarkan surat himbauan saya, esok anak-anak membawa bekal sendiri. Jadi untuk sementara nanti saya omong ke penyedia kami pending dulu sampai situasinya membaik. Karena banyak anak-anak yang trauma," kata Kepala SMPN 8 Kupang, Maria Theresia Roslin Lana, Kamis (24/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Maria mengatakan, banyak orang tua siswa masih merasa trauma dan tidak mengizinkan anak mereka mengonsumsi MBG di sekolah. Penolakan ini datang dari pihak orang tua, bukan dari pihak sekolah.
"Banyak juga orang tua yang tidak mau anaknya makan di sekolah lagi. Saya juga mau menegaskan SMP 8 menolak, karena ini program nasional kami wajib amankan, tapi untuk sementara pending dulu," ujarnya.
Ia juga menekankan perlunya evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan program MBG di sekolah. Menurutnya, selama ini sekolah hanya berperan sebagai pendistribusi makanan tanpa keterlibatan dalam pengawasan atau kontrol kualitas.
"Saya juga mau ini harus dievaluasi dan semua pihak dilibatkan. Penyedia, sekolah dan pihak-pihak terkait. Selama ini kami tidak dilibatkan, kami hanya mendistribusikan ke kelas-kelas saja," pungkasnya.
(dpw/dpw)