Evakuasi Lamban-Warganya Tewas di Rinjani, Netizen Brasil Salahkan RI

Evakuasi Lamban-Warganya Tewas di Rinjani, Netizen Brasil Salahkan RI

Adi Fida Rahman - detikBali
Rabu, 25 Jun 2025 10:13 WIB
Pendaki asal Brasil jatuh di jurang Gunung Rinjani, Lombok, Sabtu (21/6/2025).
Foto: Pendaki asal Brasil jatuh di jurang Gunung Rinjani, Lombok, Sabtu (21/6/2025). (Istimewa/@rinjani_awesome)
Jakarta -

Netizen Brasil menyalahkan Indonesia atas kematian Juliana Marins, pendaki yang terjatuh ke jurang sedalam ratusan meter di Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Musababnya, perempuan berusia 27 tahun itu tak kunjung bisa dievakuasi hingga meninggal.

Kejadian ini tidak hanya menjadi sorotan dunia pendakian, tetapi juga memunculkan ketegangan di dunia maya, terutama setelah video drone yang menunjukkan Juliana masih hidup pasca-jatuh menjadi viral. Walhasil, hal ini memicu kemarahan netizen Brasil atas lambatnya penyelamatan selama dua hari.

Dilansir dari detikInet, akun Instagram Presiden Prabowo Subianto @prabowo dan @presidenrepublikindonesia dibanjiri ribuan komentar dengan tagar #savejuliana dan seruan "Salvem a Juliana".

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seorang netizen Brasil di X, @fodiida menulis, "Juliana TIDAK mati karena jatuh! Drone merekam dia masih hidup, duduk, meski terluka. Indonesia negligen, jika cepat bertindak, dia bisa selamat!"

Netizen lain, @ladyhepburns mengkritik, "Indonesia bisa pakai drone untuk merekam tubuh Juliana, tapi tidak untuk mengirim air atau makanan pada 300 meter? Cuaca buruk cuma alasan!"

Banyak netizen Brasil menyoroti Juliana telantar tanpa makanan, air, atau pakaian hangat di suhu dingin dan kabut tebal selama lebih dari 60 jam. @rekiwrs menulis, "Mereka bilang tidak bisa kirim air dengan drone karena takut Juliana bergerak dan jatuh lagi, tapi dia tetap tergelincir! Juliana mati karena kelalaian, bukan jatuh!"

Komentar serupa dari @_laeasy_ menyebut, "Drone menunjukkan Juliana tak bergerak, tapi Indonesia gagal menjangkau. 100% salah Indonesia!". Keluarga Juliana, melalui akun @resgatejulianamarins, juga menyatakan kekecewaan, menyebut tim SAR hanya maju 250 meter dalam sehari dan mundur saat 350 meter lagi mendekati Juliana, meski drone terus memantau.

Juliana sebelumnya terjatuh di area Cemara Nunggal, jalur menuju puncak Rinjani, sekitar pukul 06.30 Wita. Lokasi tersebut dikenal ekstrem dengan lereng curam dan berbatu, ditambah kondisi cuaca berkabut tebal.

Menurut laporan, Juliana sempat meminta istirahat karena kelelahan. Namun, karena jadwal pendakian yang ketat dan cuaca yang tidak menentu, rombongan melanjutkan perjalanan.

Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) menerima laporan insiden jatuhnya Juliana sekitar pukul 09.40 Wita. Tim search and rescue (SAR) gabungan dari Badan SAR Nasional (Basarnas), TNI, Polri, TNGR, BPBD hingga sukarelawan dikerahkan.

Sore harinya, drone yang dioperasikan turis Spanyol merekam Juliana masih hidup, Turis Brasil itu terlihat duduk dan bergerak di tanah berabu kelabu sekitar 300 meter di bawah jalur pendakian. Rekaman ini yang menyebar luas di media Brasil. Rekaman menunjukkan Juliana dalam kondisi terluka, tetapi sadar. Hal ini memicu harapan keluarga dan netizen Brasil.

Namun, tim SAR yang turun hingga 300 meter pada hari itu gagal menemukan Juliana karena kabut tebal dan medan berbahaya. Selanjutnya, tim SAR menerbangkan drone pada Minggu pagi (22/6/2025) dan menunjukkan Juliana tidak lagi di lokasi awal, diduga tergelincir lebih jauh ke jurang.

Hingga Senin (23/6/2025), drone thermal mendeteksi Juliana pada kedalaman 500 meter dalam kondisi tak bergerak. Baru pada Selasa (24/6/2025), tim SAR mencapai korban dan memastikan Juliana telah meninggal dunia.

Netizen Indonesia membela tim SAR, menyoroti tantangan medan Rinjani yang ekstrem. Pengguna X, @faiueo__, menulis, "Netizen Brasil menyalahkan SAR Indo, padahal tebing curam 500 meter di Rinjani dengan kabut tebal dan badai bukan mainan!".

Akun @MurtadhaOne1 menambahkan, "Brasil marah soal penyelamatan lamban, tapi Juliana ditemukan tewas setelah tiga hari tanpa air di medan vertikal. Ini bukan soal kemauan, tapi kondisi!".

Netizen Indonesia juga menegaskan drone tidak bisa mengangkut logistik berat karena risiko angin kencang, seperti ditulis @HjHitler, "Drone perekam tidak kehabisan daya, tapi drone logistik butuh spesifikasi khusus. Ini yang netizen Brasil tidak paham!".

Artikel ini telah tayang di detikInet. Baca selengkapnya di sini!




(hsa/hsa)

Hide Ads