Kapal pinisi Raja Bintang 02 terempas ke karang akibat diterjang angin kencang di perairan Menjaga, sekitar Pulau Kelor, Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), Sabtu (22/3/2025) pukul 01.00 Wita. Sepuluh wisatawan dan lima kru berhasil dievakuasi dengan selamat.
"Kapal kandas kemudian terbalik, terdampar di atas karang," kata Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas III Labuan Bajo Stephanus Risdiyanto, Sabtu pagi.
Stephanus mengatakan terdapat tujuh wisatawan mancanegara dan tiga wisatawan nusantara dalam pinisi tersebut. Mereka dievakuasi dengan selamat ke pelabuhan Marina Labuan Bajo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya turun langsung dan Kepala Pos Basarnas Labuan Bajo. Posisi turis sudah dievakuasi ke pelabuhan dan dibawa ke hotel," ujar Stephanus.
Ia menjelaskan pinisi itu berangkat dari Labuan Bajo pada 20 Maret 2025. Pada jam 01.00 Wita tadi malam, kapal tersebut berlabuh di perairan depan Kampung Menjaga.
"Menjelang hujan lebat terjadi angin kencang yang datang tiba-tiba yang membuat mesin tidak kuat melawan angin mengakibatkan jangkar larat ke arah daratan Kampung Menjaga mengakibatkan kapal kandas dan akhirnya terguling," jelas Stephanus.
Awalnya wisatawan dan kru dievakuasi sementara ke sebuah kapal bernama Sipakatau. Selanjutnya mereka dievakuasi oleh tim gabungan KSOP ke Pelabuhan Marina Labuan Bajo.
"Tim KSOP mengamankan penumpang dan guide ke (kapal) RBB Basarnas untuk dievakuasi menuju Labuan Bajo. Awak kapal melanjutkan untuk mengevakuasi barang-barang penumpang yang masih tertinggal di kapal," tandas Stephanus.
Hujan lebat disertai angin kencang hingga 40 knot atau 72 km/jam menerjang Labuan Bajo hingga kawasan perairan, Jumat (21/3/2025) malam hingga Sabtu dini hari.
Kepala Stasiun Meteorologi Komodo Maria Patricia Christin Seran mengatakan kecepatan angin tadi malam mencapai 40 knot atau 72 km/jam. Angin kencang itu berlangsung hingga dini hari.
"Cuaca ekstrem hujan disertai angin kencang yang mencapai 40 knot yang terjadi tadi malam hingga dini hari tadi merupakan dampak tidak langsung yang terjadi karena adanya dua sistem tekanan rendah yaitu sirkulasi siklonik di Samudra Hindia sebelah selatan Bali-NTT dan di daratan Australia selatan NTT," jelas Maria.
Manggarai Barat, kata dia, menjadi daerah pertemuan angin (konfluensi) dari adanya dua sistem tersebut. Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan dan angin kencang serta meningkatkan ketinggian gelombang laut di sekitar wilayah sirkulasi siklonik dan di sepanjang daerah yang dilewati oleh massa udara yang menuju kedua sistem tersebut.
(nor/nor)