Pemantauan hilal untuk menentukan awal Ramadan di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) tidak membuahkan hasil. Di Mataram, hilal terhalang awan tipis, sementara di Kupang, langit tertutup awan tebal. Data ini akan menjadi pertimbangan dalam sidang isbat yang digelar oleh Kementerian Agama RI.
Pakai 4 Teleskop, Hilal Tak Tampak di Mataram
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Mataram melaporkan hasil pemantauan hilal di Pantai Loang Baloq, Kecamatan Sekarbela, Kota Mataram, NTB. Hingga pukul 19.00 Wita, hilal tidak tampak karena tertutup awan tipis.
Kepala BMKG Kelas I Mataram, Sumawan, menjelaskan pengamatan hilal tidak membuahkan hasil karena kondisi langit yang mendung tipis sejak matahari terbenam pada pukul 18.45 Wita.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada gangguan sedikit hasil rekamannya dari pengamatan BMKG. Hasilnya hilal tidak terlihat ya," ujar Sumawan kepada detikBali, Jumat petang (28/2/2025).
Sejak pukul 17.00 Wita, posisi matahari sempat terhalang awan tebal, tetapi sekitar pukul 18.25 Wita, langit sempat cerah. "Cerah sedikit. Tapi dari rekaman kami azimut itu awan tipis yang menghalanginya," ujarnya.
Menurut Sumawan, dalam 18 menit setelah matahari terbenam, pengamatan hilal sulit dilakukan karena tertutup awan tipis. Data BMKG menunjukkan ketinggian elongasi relatif rendah, hanya mencapai 4,22 derajat, sehingga hilal tidak terdeteksi.
"Ketinggian hilal di sini pukul 18.36 Wita itu terpantau 3,734 derajat dengan ketinggian elongasi 4,22 derajat," kata Sumawan.
Hasil pemantauan hilal di Mataram akan diserahkan ke BMKG Jakarta untuk menjadi pertimbangan dalam sidang isbat yang akan digelar malam ini.
"Keputusan puasa kapan kita tunggu sidang isbat di Jakarta. Hasil ini kita serahkan jadi pertimbangan di sidang isbat Jakarta," tandas Sumawan.
Pemantauan hilal di Mataram menggunakan empat teleskop dari UIN Mataram, Kementerian Agama NTB, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), dan BMKG Mataram.
Hilal di Kupang Tak Terlihat karena Tertutup Awan Tebal
Sementara rukyatul hilal di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), tidak membuahkan hasil akibat kondisi langit yang tertutup awan tebal. Kepala BMKG Stasiun Geofisika Kupang, Arief Tyastama, mengatakan pengamatan hilal dari Gedung BMKG NTT tidak berhasil karena ufuk barat tertutup awan tebal.
"Dari hasil pengamatan hilal kami tadi, hilal tidak teramati dari Gedung BMKG NTT karena ufuk barat tertutup awan tebal," ujar Arief.
![]() |
Pengamatan dilakukan menggunakan tiga teleskop dengan hasil ketinggian hilal 3,467 derajat dan jarak elongasi 3,97 derajat.
"Untuk ketinggian hilal 3,467 derajat dengan elongasi (jarak sudut bulan dan matahari) 3,97 derajat," tambahnya.
Sementara itu, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) NTT, Reginaldus Serang, mengatakan pemantauan hilal di NTT dilakukan di dua lokasi, yakni Kota Kupang dan Kabupaten Belu.
"Hari ini kami melakukan pemantauan hilal dalam rangka bulan suci Ramadan. Sesuai pemantauan, hilal tidak terlihat baik di Kota Kupang maupun di Kabupaten Belu," ujar Serang.
Ia menjelaskan, kondisi cuaca yang berawan menghambat proses pemantauan hilal. Di Kota Kupang, hasil pemantauan telah dibahas dalam sidang yang dipimpin oleh Majelis Hakim Pengadilan Agama Kota Kupang.
"Hal itu dikarenakan cuacanya berawan, sehingga hilal tidak bisa terpantau. Hasil sidangnya sudah ditetapkan oleh hakim Pengadilan Agama Kota Kupang dan akan disampaikan ke Kementerian Agama Pusat," jelasnya.
Hasil pemantauan ini akan dilaporkan ke Kementerian Agama RI untuk menjadi bagian dari 125 titik pengamatan hilal di seluruh Indonesia dalam sidang isbat yang akan dipimpin oleh Menteri Agama.
"Untuk penetapan 1 Ramadan 1446 Hijriah, kita masih menunggu sidang isbat di Kementerian Agama RI malam ini," terangnya.
Di dua lokasi pemantauan hilal di NTT, yakni Kota Kupang dan Kabupaten Belu, hilal tidak terlihat.
"Untuk Belu juga tidak terlihat untuk saat ini. Jadi, pemantauan isbat di NTT dengan dua titik ini tidak berhasil, dan hasilnya akan kami laporkan ke Kementerian Agama," tutup Serang.
(dpw/dpw)