Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) angkat suara soal merebaknya Human Metapneumovirus (HMPV) di China. HMPV merupakan virus lama yang muncul kembali atau re-emerging virus.
"HMPV ini gejalanya mirip seperti COVID-19, tetapi dampaknya lebih ringan. Kalau kami lihat beberapa kasus yang ada di China, angka kematiannya tidak terlalu besar sekali," kata Ketua Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) IDI NTB, Hamsu Kadriyan, di Mataram, Minggu (19/1/2025).
Hamsu meminta masyarakat untuk mewaspadai HMPV memiliki dampak yang ditimbulkan lebih ringan dibandingkan COVID-19. Pasalnya, HMPV juga bisa menyebabkan kematian pada orang-orang berisiko tinggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tetap kita harus waspada karena pada orang berisiko tinggi bisa menyebabkan kematian. Katakanlah pada orang yang terkena kanker lalu kemudian kena HMPV. Kemudian, pada orang (yang mengidap) HIV misalnya, itu bisa sampai menyebabkan kematian (jika terkena HMPV)," ujar Hamsu.
"(Tak hanya itu), pada orang tua yang katakanlah sudah sepuh kalau terkena HMPV ini punya potensi untuk menyebabkan kematian, sama seperti COVID-19 yang dahulu," tambah Hamsu.
Karakteristik HMPV cukup berbeda jika dibandingkan COVID-19. Struktur DNA HMPV berbeda dengan COVID-19, tetapi penularannya sama, yaitu melalui droplet, batuk, pilek hingga cairan tubuh. Meski demikian, penyebaran HMPV masih lebih lambat dibandingkan COVID-19.
Menurut Hamsu, menerapkan pola hidup sehat, seperti mencuci tangan dengan sabun hingga menggunakan masker dapat membantu mencegah penularan HMPV. "Antisipasi paling bagus, yakni menerapkan pola hidup bersih dan sehat. Kalau bisa rumah kita (harus) ada matahari masuk. Karena kalau terkena matahari, virus itu bisa mati," ungkapnya.
Hamsu juga menyarankan agar masyarakat tidak membuang dahak dan ludah sembarangan. Jika mengalami batuk, usahakan menutup mulut supaya tidak menular ke orang lain.
"Jangan lupa sering cuci tangan. Kalau curiga banyak orang kemungkinan terkena HMPV, ya kita (bisa) pakai masker," pinta pria bergelar profesor itu.
Selain itu, Hamsu juga menyarankan agar masyarakat NTB tetap menjaga gizi yang masuk ke tubuh. "Prinsipnya, gizi tetap harus kita jaga yang bagus, istirahat cukup. Karena pada prinsipnya virus itu kalau daya tahan tubuh kita bagus, dia tidak akan bisa berkembang di dalam tubuh kita," jelasnya.
Di sisi lain, Hamsu mengungkapkan kondisi alat pemeriksaan HMPV di Indonesia. Menurutnya, ketersediaan alat belum terlalu banyak sehingga akan memakan waktu lama untuk mendeteksi virus tersebut.
"Alat pemeriksaannya belum terlalu baik, mohon maaf ya, belum ada random ya pas sehingga sampai sekarang saya belum mendengar kasus yang ditemukan di Indonesia," ungkap Hamsu.
"Jadi mungkin alat pemeriksaan kit kita perlu diperbaiki supaya kita bisa mendeteksi (HMPV lebih cepat). Mungkin kalau di Jakarta sudah ada (kasus HMPV), tetapi kalau di daerah kayaknya belum, jadi kita tetap harus waspada," terang Hamsu.
(iws/iws)