Sejumlah konten kreator yang ber-cosplay sebagai pria penyandang disabilitas tanpa tangan berinisial IWAS, tersangka pelecehan seksual di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB). Komisi Disabilitas Daerah (KDD) NTB berang dengan konten tersebut.
Dalam sejumlah video yang berseliweran di media sosial, para konten kreator berpura-pura tidak memiliki tangan seperti IWAS. Mereka menyembunyikan tangan dalam kaus.
Para konten kreator ini mengikuti konten yang pernah dibuat oleh IWAS. Konten itu berisi sebuah kata-kata yang khusus ditujukan kepada seseorang yang pernah meninggalkan pelaku.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Fisik bisa diubah, uang bisa dicari, tapi yang setia tidak datang dua kali. Jek menyala wi, Agus ni bos, tamplig (senggol) dong," kata IWAS dalam sebuah video di akun TikToknya yang dikutip detikBali.
Parahnya, ada juga konten kreator yang memelintir ucapan pelaku tersebut. Mereka bahkan menyinggung soal kondisi fisik IWAS yang tidak memiliki tangan.
"Fisik bisa diubah, materi bisa dicari. Tapi tangan nggak tumbuh dua kali. Menyala wi, Agus ni, tamplig dong," katanya seperti yang diunggah akun @Josus22 Template di akun TikToknya.
Ketua KDD NTB Joko Jumadi menyayangkan hal tersebut. Ia menyebut adanya kasus dugaan pelecehan seksual yang dilakukan penyandang difabel bukan saatnya konten kreator mencela sesama.
"Tidak bisa kemudian digeneralisasikan bahwa (semua) disabilitas seperti itu," kata Joko kepada detikBali via telepon, Selasa (17/12/2024).
Joko menjelaskan bahwa selain IWAS, ia juga melihat banyak penyandang disabilitas yang mempunyai bakat dan berprestasi. Ia meminta agar tidak membuat konten yang bisa menyakiti penyandang disabilitas lainnya.
"Disabilitas yang lain yang berprestasi, yang memiliki potensi yang luar biasa, juga banyak begitu. Jangan sampai kemudian kasus Agus ini menjadikan stigma kita dengan disabilitas itu jelek," tegasnya.
Joko meminta agar masyarakat selalu menjaga perasaan para penyandang disabilitas yang lain. Ia menyebut adanya kasus IWAS ini bukan saatnya menghakimi mereka.
"Kami berharap, tolong lah jangan menggunakan disabilitas ini (IWAS) sampai kemudian melupakan perasaan disabilitas yang lain. Anggap saja bahwa ini sekedar oknum saja. Jangan digeneralisasi bahwa disabilitas seperti itu," tegasnya.
(nor/nor)