Pengungsi erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang meninggal bertambah dua orang, Selasa (3/12/2024). Kini, total jumlah pengungsi meninggal menjadi 10 orang.
"Dua orang meninggal hari ini. Total 10 orang," kata Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Flores Timur, Hery Lamawuran, kepada detikBali, Selasa (8/12/2024).
Hery menyampaikan korban meninggal bernama Hendrikus Boli Aran (68), warga Desa Waiula, Kecamatan Wulanggitang. Dia mengungsi di Pos Mandiri Desa Lewoingu. Kemudian, Imelda Meri Boru (75), warga Desa Hewa, Kecamatan Wulanggitang yang mengungsi di Pos Desa Lewoingu. Menurutnya, para pengungsi itu terdata memiliki penyakit sebelum tinggal di pengungsian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Para korban meninggal rata-rata karena penyakit bawaan," ungkap Hery.
Beberapa pengungsi yang meninggal sebelumnya, antara lain, Paulus Nuba Groma (60), warga Desa Nobo, Kecamatan Ile Bura dan Bartolomeus Bedi Liwu (56), warga Desa Boru, Kecamatan Wulanggitang. Kemudian, Aloysius Bala Uran (92), warga Desa Hewa, Kecamatan Wulanggitang juga meninggal di pengungsian.
Paulus dirawat dengan riwayat sakit parkinson, Bartolomeus dengan penyakit gagal jantung kongestif, dan Aloysius akibat asma kronis.
Selain itu, Etalia Eni Tapun (58), warga Desa Nawakote, Kecamatan Wulanggitang, meninggal pada Kamis (14/11/2024) di Kabupaten Sikka karena tumor dan kanker yang dideritanya sebelum mengungsi. Rofinus Beda Tour (55), pengungsi di Desa Watu Omok, Kabupaten Sikka, meninggal akibat asma yang dideritanya selama bertahun-tahun.
Sebelumya, pengungsi yang meninggal yaitu Yosep Waiwejak, warga Desa Boru, Blasius Jogo Kedang (60), warga Desa Nobo, dan Theresia Bogin Puka (82), warga Desa Waiula yang mengungsi mandiri di Desa Lewolaga.
Pantauan detikBali, Selasa, Posko Desa Lewoingo masih dipenuhi pengungsi. Mereka tampak mendengar sosialisasi petugas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Menurut rencana, para pengungsi boleh kembali ke rumah pada Jumat (6/12/2024).
(hsa/gsp)