Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak musim hujan di Nusa Tenggara Timur (NTT) terjadi pada Januari 2025. Hal itu berdasarkan analisis dari Stasiun Klimatologi NTT.
"Puncak musim hujan di NTT diperkirakan terjadi pada Januari 2025 dengan 57 persen wilayah mengalami intensitas hujan tertinggi pada periode tersebut," kata Kepala Stasiun Klimatologi NTT, Rahmat Adji, saat memberikan keterangan pers, Jumat (27/9/2024).
Adji menjelaskan NTT mempunyai 28 zona musim (ZOM). BMKG memprediksi satu zona akan memasuki awal musim hujan pada Oktober 2024. Sebagian besar wilayah lainnya, yakni 68 persen akan mulai mengalami hujan pada November. Sisanya 29 persen, diprediksi baru akan masuk musim hujan pada Desember 2024.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan pemantauan terbaru, El Nino Southern Oscillation (ENSO) berada dalam kondisi netral, tetapi diperkirakan akan beralih ke fase La Nina lemah pada Oktober 2024. Sementara itu, fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) juga berada dalam kondisi netral dan diprediksi tetap demikian hingga awal 2025.
Dibandingkan dengan rata-rata klimatologis periode 1991-2020, awal musim hujan tahun ini diperkirakan akan lebih cepat di 39 persen wilayah, normal di 43 persen wilayah, dan terlambat di 18 persen wilayah lainnya. Hujan juga diprediksi bakal lebih basah.
"BMKG memprediksi musim hujan 2024/2025 akan lebih basah dibandingkan kondisi normal. Sebanyak 79 persen wilayah diperkirakan akan mengalami curah hujan di atas normal, sementara 21 persen sisanya akan mengalami curah hujan dalam kondisi normal," ujar Adji.
Waspada Bencana Hidrometeorologi
Adji mengimbau agar masyarakat dapat mengantisipasi bencana hidrometeorologi dengan prediksi musim hujan yang lebih basah dari biasanya. "Wilayah yang diprediksi mengalami curah hujan di atas normal berpotensi menghadapi peningkatan risiko bencana sehingga penting bagi masyarakat untuk tetap waspada dan memperhatikan peringatan dini dari pihak terkait," lanjut dia.
Selain itu, Adji meminta pemerintah daerah, instansi terkait serta masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan tanah longsor. Pemerintah daerah juga diharapkan segera menyusun rencana aksi dini untuk mengurangi risiko dan dampak bencana selama musim hujan.
Tak hanya itu, BMKG juga mengingatkan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan untuk mencegah penyebaran penyakit yang sering terjadi selama musim hujan, seperti demam berdarah (DB).
"Kita berharap informasi yang diberikan dapat menjadi acuan bagi pemerintah daerah dan masyarakat dalam mempersiapkan diri menghadapi musim hujan 2024/2025," harap Adji.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTT, Cornelis Wadu, mengimbau masyarakat agar dapat mengantisipasi potensi bencana alam di peralihan musim kemarau ke musim hujan. "Pada masa peralihan musim perlu diwaspadai adanya hujan lebat yang bersifat lokal berdurasi singkat dan potensi angin kencang," kata Cornelis.
"Masyarakat diharapkan tetap waspada terhadap kemungkinan adanya longsor pada lokasi-lokasi rawan longsor dan pohon tumbang akibat angin kencang, untuk itu masyarakat tetap waspada terhadap potensi bencana yang mungkin terjadi," tegasnya.
(iws/iws)