Sebanyak 4.788 warga yang tinggal di kaki Gunung Lewotobi Laki-laki, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), mengungsi akibat erupsi gunung itu. Anak-anak terpaksa belajar di tenda pengungsian.
Kepala Dinas Pendidikan Kebudayaan dan Olahraga (PKO) Flores Timur Felix Suban Hoda mengatakan sebagian besar anak-anak di sana mulai belajar di tempat pengungsian sejak 4 Januari 2024. Gunung itu terus meletus, sehingga aktivitas warga yang tinggal di sekitar gunung terhenti.
"Pembelajaran terjadi di kamp pengungsian dengan mengedepankan literasi dan numerasi," kata Felix kepada detikBali, Selasa (9/1/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada dua kecamatan di sana yang paling terdampak erupsi Gunung Lewotobi, yakni Wulanggitang dan Ile Bura. Sebagian besar warga di dua kecamatan itu terpaksa mengungsi.
Selain pembelajaran, pemerintah juga berupaya memulihkan trauma anak-anak tersebut dengan bermain bersama. Mereka juga diarahkan untuk berolah raga pada sore hari.
"Semuanya itu dimaksudkan untuk merawat motivasi belajar siswa selama ada di pengungsian. Sehingga, pada saatnya mereka bisa menyesuaikan diri dengan kehilangan pembelajaran efektif," terangnya.
Dia mengungkapkan ada juga pengungsi mandiri yang diarahkan untuk bergabung di wilayah pengungsian terkait. Misalkan, ada keluarga yang mengungsi ke Tanjung Bunga, maka Dinas PKO berkoordinasi dengan sekolah terdekat agar anak-anak yang pengungsi bisa mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah tersebut.
"Termasuk sama saudara kita yang bergabung ke Kabupaten Sikka, NTT. Saya sudah komunikasikan dengan Kepala Desa Hikong dan Kringa, juga Camat Talibura serta Kepala Dinas PKO Kabupaten Sikka agar bersedia menerima anak-anak menjalani aktivitas KBM di sana," terangnya.
(dpw/gsp)