Pendapatan daerah Kota Bima dari Pantai Lawata dan Kolo pada 2023 mencapai Rp 762 juta. Padahal, Pemerintah Kota (Pemkot) Bima menargetkan pemasukan dari dua objek wisata itu mencapai Rp 1 miliar.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Bima, M. Natsir, menjelaskan pemasukan dari Pantai Lawata dan Kolo cenderung tetap yakni sekitar Rp 700 juta per tahun. Misalkan, pemasukan dua objek wisata itu sekitar Rp 700 juta pada 2022.
"Pendapatannya relatif stagnan," ungkap Natsir kepada detikBali, Senin (8/1/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Natsir, pendapatan dari Pantai Lawata dan Kolo seharusnya melebihi target. Sebab, sepanjang 2023 ada beragam kegiatan dan atraksi wisata yang menghadirkan banyak orang.
Antara lain, pentas seni, festival masakan nusantara, hingga Yacht Rally Sail to Indonesia yang menghadirkan puluhan wisatawan dari berbagai negara. "Kegiatan 2023 banyak dan pengunjungnya membludak, tapi gratis tidak dipungut restribusi," paparnya.
Natsir menjelaskan Pemkot Bima menghabiskan anggaran Rp 13 miliar untuk menata Pantai Lawata dan Kolo. Pemkot Bima membangun sejumlah fasilitas di Pantai Lawata tersebut seperti pondok wisata, menara pandang, merenovasi kolam renang, hingga menata area parkir dan pedagang.
Adapun di Pantai Kolo, Natsir melanjutkan, Pemkot membangun fasilitas berkuda, ruang rapat, dan restoran. "Termasuk juga ada penambahan pondok wisata," papar Natsir.
Disparbud Targetkan Pendapatan Rp 1,27 Miliar pada 2024
Natsir menargetkan pendapatan dari sejumlah objek wisata di Kota Bima mencapai Rp 1,27 miliar pada 2024. Selain Pantai Lawata dan Kolo, Pemkot Bima menargetkan objek wisata Lanco Gaja jalur pendakian Lelamase, hingga wisata sawah dan sungai di Tolo Weri, Nungga, bisa memberikan pemasukan tambahan.
"Sumber-sumber pendapatan akan dioptimalkan tahun ini, selain dari Pantai Kolo dan Lawata," ungkap Natsir.
(gsp/gsp)