Perairan Taman Nasional Komodo dan sekitarnya yang menawarkan pemandangan indah alam bawah lautnya terus diminati wisatawan untuk aktivitas wisata bahari seperti diving dan snorkeling. Sejak Januari hingga awal November 2023,
tercatat 23.601 turis melakukan diving dan snorkeling di perairan Taman Nasional Komodo dan sekitarnya.
Turis harus memperhatikan sejumlah hal penting agar aktivitas menyelam di kedalaman laut (diving) dan menyelam di permukaan laut (snorkeling) bisa memberikan pengalaman berkesan untuk dibawa pulang. Tentunya juga tidak merusak habitat bawah lautnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua Dewan Pimpinan Cabang Gabungan Pengusaha Wisata Bahari dan Tirta Indonesia (Gahawisri) Labuan Bajo Budi Widjaja membagikan sejumlah tips bagi turis yang hendak diving dan snorkeling di perairan Labuan Bajo.
Budi mengatakan turis harus menggunakan dive operator yang tersertifikasi dan legal serta memiliki kantor di Labuan Bajo. Sebab dive operator tersebut mengenal dengan baik kondisi setiap spot diving-snorkeling di perairan Labuan Bajo.
"Dive operator yang memiliki kantor atau badan usaha di lokasi tempat dilakukan diving activity, karena mereka yang lebih mengenal topografi bawah air di lokasi setempat," ujar Budi di Labuan Bajo, Sabtu (25/11/2023).
"Karena banyak kasus yang memakai dive operator dari luar kota, dive master freelance dari luar daerah, lalu ketika ada apa-apa hilang orang-orang itu," lanjut dia.
Turis juga harus memilih travel agent dan kapal yang mengutamakan keselamatan. Turis jangan mudah tergiur dengan tawaran harga murah kapal ke spot-spot diving-snorkeling, tapi abaikan aspek keselamatan.
Sebab, kapal-kapal wisata juga rentan mengalami kecelakaan di perairan Labuan Bajo. "Gunakan travel agent dan kapal yang mengutamakan safety, jangan hanya sebatas melihat harga," kata Budi.
Ia menjelaskan kru kapal yang mengutamakan aspek keselamatan di perairan Labuan Bajo akan melakukan pengarahan (briefing) keselamatan kepada turis sebelum berangkat ke spot-spot diving-snorkeling. Kru kapal juga selalu mengingatkan turis memakai baju pelampung pada saat naik dan turun sekoci.
Kapal juga harus dipastikan memiliki peralatan keselamatan sesuai aturan seperti rakit penyelamat yang bisa mengembang di laut (liferaft), alat pemadam api di kapal (Apar), pelampung berbentuk lingkaran (lifebuoy), dan lainnya. Turis harus memastikan kapal memiliki peralatan medis, peralatan navigasi sesuai aturan seperti GPS, radio, peta, dan lain-lain.
Yang tak kalah penting, lanjut dia, kru kapal harus mengawasi dan menjaga penumpangnya setiap saat terutama ketika melakukan aktivitas di air. "Harus disediakan guide yang bisa berenang sehingga bisa menolong turis jika terjadi kecelakaan saat aktivitas di air," tegas Budi.
"Tanyakan sebanyak mungkin mengenai safety yang tersedia di dalam kapal seperti jumlah baju pelampung, jalur evakuasi, emergency exit dan peralatan safety lainnya," lanjut dia.
Berikutnya, Budi mengatakan turis wajib menggunakan peralatan keselamatan seperti baju pelampung saat snorkeling. Ia menegaskan turis tak boleh mengabaikan pemakaian baju pelampung saat snorkeling agar bisa tertolong jika terjadi kecelakaan di laut.
Selain itu, turis yang melakukan diving atau snorkeling di perairan Taman Nasional Komodo dan sekitarnya wajib menaati aturan atau etika dalam kawasan tersebut. Turis dilarang membuang sampah, memberi makan hewan, memegang karang, dan membuat keributan.
Saat diving atau snorkeling, kata Budi, turis wajib mempelajari titik masuk dan keluar dari air, mempelajari arus air, melihat air pasang surut, dan tidak mengemudi sekoci dengan kecepatan tinggi di area snorkeling.
Diketahui turis yang melakukan diving dan snorkeling di perairan Taman Nasional Komodo dan sekitarnya didominasi turis mancanegara. Ada banyak spot diving dan snorkeling, di antaranya Pink Beach, Taka Makasar, Manta Point, Pulau Kanawa, pulau Siaba besar, Siaba kecil, Batu Bolong, Crystal Rocks, Castle Rock, Three Sister, Secret Garden, Light House, Tatawa Besar, Tatawa Kecil, dan lainnya.
(nor/nor)