Komunitas seni Nara Teater Flores Timur akan tampil di Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) di Jatinegara, Jakarta Timur, Rabu (25/10/2023). Mereka akan menyuguhkan pertunjukan teatrikal yang mengangkat tradisi Lamaholot Flores Timur bertajuk "Gema Ladang".
Sutradara Nara Teater, Silvester Petara Hurit mengatakan pertunjukan tersebut mencoba menggali khazanah nyanyian etnik para petani di Flores Timur. Nyanyian-nyanyian itu kerap disenandungkan ketika berladang maupun syukuran panen. Ia mengemas pertunjukan tersebut dengan berbagai simbol budaya agraris yang mulai tergerus.
"Tubuh, ladang, keragaman, konsumsi, pengetahuan, teknologi tradisional, seni, iman terhadap tanah, kearifan serta kegembiraan yang lahir dari bukit-bukit berbatu," tutur Silverster kepada detikBali, Sabtu (21/10/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Silvester menuturkan bukit-bukit berbatu itu melahirkan banyak kisah, riwayat tentang hidup, dan peradaban tentang masyarakat Lamaholot di masa lalu.
"Kami lahir dari gunung/Dibesarkan bukit-bukit/Bapak kami matahari-bulan/Ibu kami bumi-tanah
Di atas tanah-tanah berbatu kami memahatkan riwayat/bukit-bukit menggemakan nyanyian kami/suka-duka kami/..."
Sebagai sutradara, Silvester berharap aktor yang terlibat dalam garapan tersebut dapat tampil maksimal. Sehingga, pesan yang hendak disampaikan bisa diterima oleh para penonton.
"Kami memiliki kekayaan yang tidak dimiliki oleh orang dari wilayah lain. Nyanyian, tubuh, suara, kecenderungan bergerak, cara kami merasa berpikir dan mengada. Itulah cara kami bicara dan berkontribusi dalam jagat seni pertunjukan Indonesia," imbuhnya.
Silvester menuturkan pertunjukan teater tergolong seni yang kompleks karena membutuhkan waktu, tenaga, disiplin yang totalitas, dan biaya yang tidak sedikit. Menurutnya, tak semua orang sanggup dengan proses dalam teater.
"Apalagi di tengah budaya instan, pragmatisme dan kecenderungan manusia yang semakin individualistik dan konsumtif," tandasnya.
(iws/iws)