Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat mengatakan ketahanan pangan menjadi persoalan utama. Wilayah NTT perlu alat pertanian agar dapat menunjang produktivitasnya karena pertanian merupakan profesi purba.
"Jadi kalau orang bertani itu profesi purba. Tapi kalau cara tanamnya itu seperti 1.500 sebelum masehi, masih menggunakan kayu sambil menyanyi, itu manusia purba zaman now," ujarnya saat menghadiri perayaan Badan Pangan Nasional ke-2 yang digelar di Kota Kupang, NTT, Sabtu (12/8/2023).
"Karena profesi dan praktek kerjanya sudah purba maka itu disebut kepurbaan zaman now. Itu kita tidak bisa kejar ketertinggalan," sambung Viktor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Viktor menjelaskan bila pola kerja pertanian masih menggunakan cara purba, maka tidak bisa berbicara pertumbuhan ekonomi dari sektor pertanian. Terlebih jika pemimpinnya jarang turun lapangan.
"Sehingga saya terus mendorong bahwa kita tidak boleh hanya bicara dalam kantor, tapi kita ke lapangan lalu kita lihat berapa besar lahan yang sudah ditanam. Karena itu, Bulog dan Kementerian Pertanian selalu tidak cocok, mengapa? Karena data di lapangan tidak diketahui dengan jelas," katanya.
Viktor mengatakan negara harus serius untuk menangani persoalan pertanian. Sebab, bila masih ada orang lapar maka keributan ada di mana-mana.
"Politik itu mau ribut apapun, tidak ada masalah kalau orang kenyang semua. Tapi begitu pangannya problem, maka satu masalah bisa jadi luar biasa. Langsung Presidennya turun, kemudian menteri, gubernur, dan bupati tiarap," ungkapnya.
Viktor mengaku selain problem pertanian dan pangan, di NTT pupuk menjadi problem utama bagi para petani. Sebab, pupuk masih bersubsidi. Ia menegaskan negara harus hadir melindungi manusia, bukan produknya.
"Kita boleh ngomong pangan, tapi pupuknya tidak ada. Pak Arief tolong sampaikan cara desain pemerintah pusat untuk menyatakan pupuk subsidi, itu tidak boleh. Kita tidak boleh subsidi produk, tapi harus subsidi manusia karena begitu produk disubsidi maka terjadi penyimpangan," imbuhnya.
Viktor mengeklaim tantangan yang ada di NTT harus dibenahi ke depannya. Sebab, para bupati tidak punya kemampuan untuk mengembangkan rakyatnya dengan tanah yang begitu kering, sehingga perlu dilanjutkan dengan pertanian lahan kering.
"Saya lihat di Papua Tengah sedang kelaparan, itu sebenarnya bukan karena malas saja. Tapi bagaimana intervensi negara untuk melakukan pertanian lahan kering di daerah itu," cercanya.
(nor/irb)