"Kalau kaitannya dengan nilai, ini luar biasa. Apalagi ini barang yang banyak terbuat dari emas perak. Itu bisa triliunan nilai barang. Itu nilai kesejarahannya. Kalau sudah ratusan tahun, harganya bisa miliaran," kata Jamal saat dihubungi detikBali, Senin (10/7/2023).
Namun, alih-alih dijual, Jamal berpendapat harta karun Lombok itu lebih baik dijadikan sebagai objek riset. Harta karun Lombok yang dikembalikan Belanda itu menurutnya akan menjadi kajian riset yang menarik.
Jamal menyebut harta karun adalah bukti historis yang bisa menjadi landasan dalam kegiatan ilmiah. Terutama dalam konteks merekonstruksi sejarah Suku Sasak Lombok.
"Jadi sesungguhnya, ini kan artefak, kalau di kajian arkeologi namanya artefak. Artefak ini, bisa menjadi lahan kajian untuk menulis sejarah. Kami bisa merekonstruksi. Dari misalnya teknologi kerajinan. Jadi kalau dulu, di masyarakat sasak, Bali, itu ada kelompok pengrajin," jelasnya.
"Dari tipologi, perhiasan benda, itu bisa kami jelaskan bagaimana teknologi, kaitannya dengan motif, itu semua bisa dikaji. Sejak kapan orang-orang ini mengenal tradisi itu, itu bisa dilacak semua," imbuhnya.
Ia mencontohkan, semisal ditemukan adanya hurufarab dalam artefak itu, maka dapat ditarik atau direkonstruksi kapan orang Sasak atau kerajaan tersebut mulai bertemu dengan orang-orang Arab.
Menurutnya, untuk kajian ilmiah dan riset, ilmu pengetahuan, merekonstruksi peradaban orang Lombok harta karun ini akan memberikan kontribusi yang luar biasa.
"Jadi kami bisa melakukan pemetaan, bahkan dari benda-benda itu juga, nanti bisa kita tahu barang itu dari mana. Datang dari mana. Apakah ini hadiah atau tidak. Kalau hadiah dari mana," jelasnya.
"Kami bisa merekonstruksi penguasa-penguasa yang ada di Lombok dengan yang di luar daerah. Kalau kami temukan misalnya ada plakat," sambungnya.
(nor/iws)