Masjid Kuno Gumantar: Sejarah, Lokasi, dan Keunikannya

Ragam Ramadan 2023

Masjid Kuno Gumantar: Sejarah, Lokasi, dan Keunikannya

Annisa Anggraeni - detikBali
Minggu, 09 Apr 2023 10:59 WIB
Masjid Kuno Gumantar merupakan salah satu masjid kuno tertua di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Masjid Kuno Gumantar merupakan salah satu masjid kuno tertua di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). (kebudayaan.kemdikbud.go.id)
Lombok Utara -

Masjid Kuno Gumantar merupakan salah satu masjid kuno tertua di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). Masjid tersebut diperkirakan sudah berdiri pada abad ke-16 yang menjadi masa awal penyebaran agama Islam di Pulau Lombok.

Gempa dahsyat yang sempat mengguncang Lombok dan sekitarnya menegaskan kuatnya konstruksi kayu Masjid Kuno Gumantar. Tidak ada kerusakan signifikan dibandingkan dengan masjid-masjid permanen di pulau tersebut.

Kini, Masjid Kuno Gumantar masuk dalam daftar inventaris Balai Pelestarian Cagar Budaya Bali. Masjid Kuno Gumantar kental akan nilai sejarah dan kebudayaan di tengah peradaban yang semakin modern.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Masjid Kuno Gumantar

Dilansir dari laman resmi Kemdikbud, awal mula pembangunan Masjid Kuno Gumantar tidak terlepas dari kedatangan Sunan Pengging atau Pangeran Mangkabumi ke Lombok pada 1640. Konon, Sunan Pengging yang merupakan pengikut Sunan Kalijaga itu datang untuk menyiarkan agama Islam.

Sunan Pengging mengembangkan ajaran sufi. Ia sempat melarikan diri ke Bayan karena diserang oleh Kerajaan Goa. Dari sana, Sunan Pengging mengembangkan ajarannya dan menyebar hingga ke Desa Gumantar. Hal ini juga terlihat dari kesamaan arsitektural Masjid Kuno Gumantar dan Masjid Bayan Beleq.

ADVERTISEMENT

Masjid Kuno Gumantar saat ini tidak lagi digunakan sebagai sarana ibadah salat lima waktu. Hal ini guna untuk menjaga kelestarian dan sebagai peninggalan bersejarah. Penduduk Suku Sasak Desa Gumantar hanya menggunakan masjid kuno tersebut untuk acara tertentu.

Lokasi Masjid Kuno Gumantar

Masjid Kuno Gumantar terletak di Dusun Gumantar, Desa Gumantar, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara, NTB. Secara geografis, masjid ini terletak di lereng pegunungan dengan ketinggian sekitar 204 meter di atas permukaan laut.

Masjid ini berjarak sekitar 29 kilometer dari ibu kota kabupaten dan berjarak sekitar 63 kilomerer dari ibu kota provinsi. Wilayah Dusun Gumantar dan sekitarnya merupakan lahan perkebunan dan ladang. Di sekitar masjid tersebut, terdapat pula pemukiman kuno yang hingga kini masih dilestarikan oleh masyarakat sekitar.

Tradisi di Dusun Gumantar

Penduduk di Dusun Gumantar mayoritas bekerja di sektor agraris. Para petani di dusun tersebut memiliki berbagai tradisi pertanian yang digelar di Masjid Kuno Gumantar.

Berikut adalah beberapa aktivitas budaya pertanian yang dilakukan warga di Masjid Kuno Gumantar:

1. Maulid Adat, yaitu ritual adat yang dilakukan setiap tanggal 12 Rabiul Awal menurut sistem penanggalan kalender Islam setempat. Ritual ini dipercaya untuk memohon hujan.

2. Gawek Bumi, yakni tradisi untuk mengucapkan rasa syukur atas hasil bumi yang diperoleh dalam satu tahun.

3. Aji Lawat/Tilawat, merupakan tradisi yang dilakukan warga untuk memulai penanaman padi.

Ketiga tradisi tersebut dilaksanakan di Masjid Kuno Gumantar dengan melibatkan enam dusun di Desa Gumantar, yakni Dusun Gumantar, Dusun Dasan Treng, Dusun Poh Gading, Dusun Tenggorong, Dusun Desa Beleq, dan Dusun Tangga. Konon, warga dari keenam dusun tidak diperkenankan merabas kebun sebelum upacara Aji Lawat dilakukan.

Warga setempat baru diperbolehkan melakukan aktivitas bercocok tanam jika upacara Aji Lawat selesai dilakukan. Hal itu menegaskan bangunan Masjid Kuno Gumantar juga berperan mendukung nilai kebudayaan agraris yang dijalani oleh warga setempat.

Artikel ini ditulis oleh Annisa Anggraeni, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka MSIB di detikcom.




(iws/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads