Mengenal Fenomena Pergerakan Tanah, Bagaimana Penjelasannya?

Kupang

Mengenal Fenomena Pergerakan Tanah, Bagaimana Penjelasannya?

tim detikBali - detikBali
Senin, 20 Feb 2023 15:35 WIB
Longsor setinggi 20 meter menutup Jalan Timor Raya KM 72, Kelurahan Takari, Kecamatan Takari, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Longsor setinggi 20 meter menutup Jalan Timor Raya KM 72, Kelurahan Takari, Kecamatan Takari, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Foto: Yufen Ernesto/detikBali
Kupang -

Sebagai negara yang terletak pada pertemuan tiga lempeng, yakni lempeng Erasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk, tentunya menjadikan Indonesia memiliki banyak palung samudera, lipatan, pegunungan, patahan di busur kepulauan, gunung api, bahkan juga sumber gempa bumi. Tumbukan lempeng-lempeng tersebut mengakibatkan Indonesia rawan bencana gunung meletus hingga gempa bumi.

Insiden longsor yang menutupi Jalan Timor Raya KM 72, Kelurahan Takari, Kecamatan Takari, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Jumat (17/2/2023) malam, menjadi salah satu dari sekian banyak fenomena tanah bergeser di Indonesia. Longsor tersebut mengakibatkan lumpuhnya akses transportasi warga di enam kota/kabupaten di Pulau Timor.

Tidak hanya itu, fenomena 'gunung bergeser' yang tengah heboh dan mengakibatkan akses Jalan Takari-Soe di Kupang ditutup, tentu turut menyita perhatian masyarakat NTT dan sekitarnya. Menanggapi hal tersebut, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendra Gunawan mengatakan kemungkinan gerakan tanah yang luas tersebut terjadi karena longsoran dipengaruhi struktur geologi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu, mengapa fenomena tersebut bisa terjadi? Dilansir dari laman Magma Indonesia, terdapat beberapa jenis pergerakan tanah, di antaranya longsoran, aliran, jatuhan, robohan, dan gabungan. Dari kelima jenis pergerakan tersebut, tentu yang paling sering kita dengar adalah tanah longsor. Berikut pengertian jenis-jenis pergerakan tanah.

  • Longsoran: masa tanah bergerak di sepanjang lereng dengan bidang longsoran melengkung (memutar, rotasi) dan mendatar (translasi). Bidang longsoran melengkung gerakannya perlahan-lahan atau merayap. Tetapi merusak dan meruntuhkan bangunan di atasnya sehingga mengancam keselamatan penghuninya.
  • Aliran: masa tanah bergerak didorong air. Kecepatan aliran tergantung pada kemiringan lerengan, volume, tekanan air, dan jenis material. Gerakannya di sepanjang lembah dan mencapai ratusan meter.
  • Jatuhan: batu atau tanah jatuh bebas dari atas tebing, materialnya tidak banyak dan terjadi pada lereng yang sangat terjal.
  • Robohan: pergerakan blok tanah atau batuan yang bergerak pada satu tumpuan.
  • Gabungan: kejadian tanah longsor gabungan antara longsoran dengan aliran atau jatuhan dengan aliran.

Sementara itu, ada enam jenis tanah longsor, yakni longsoran translasi, longsoran rotasi, pergerakan blok, runtuhan batu, rayapan tanah, dan aliran bahan rombakan. Di Indonesia, jenis longsoran yang paling sering terjadi adalah longsoran translasi dan longsoran rotasi.

ADVERTISEMENT

Adapun gejala umum yang dapat diantisipasi ketika hendak terjadi longsor, antara lain munculnya retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing, adanya mata air baru secara tiba-tiba, kerikil mulai berjatuhan dan tebing menjadi rapuh, serta umumnya longsor terjadi setelah turun hujan.

Ada pula beberapa faktor yang dapat menyebabkan tanah longsor, seperti curah hujan tinggi, lereng terjal, tanah yang kurang padat, batuan yang kurang kuat, jenis tata lahan yang salah, adanya getaran, erosi, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, sangat perlu untuk melakukan pencegahan terjadinya tanah longsor.

Bagaimana caranya? Tentu saja dengan melakukan tahapan mitigasi bencana tanah longsor yang sesuai. Mulai dari melakukan pemetaan, penyelidikan, pemeriksaan, pemantauan, hingga sosialisasi. Karena kita semua tahu bahwa Indonesia merupakan negara yang rawan bencana alam, sehingga sudah seharusnya kita mampu menjaga dan hidup berdampingan dengan alam.

Artikel ini ditulis oleh Niluh Pingkan Amalia Pratama Putri peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(irb/gsp)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads