Kasus kematian Elkana Konis pada 2013 silam kembali mengemuka. Pihak keluarga pun menceritakan kronologi kematian Elkana yang tewas ditembak saat berburu di hutan Sabaat, Desa Oelpuah, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, NTT.
Anak kandung korban, Ferdinan Konis (36) menyebut, ayahnya sempat ditelepon oleh pelaku inisial YL sebelum berburu rusa di hutan tersebut. Tak lama kemudian, keluarga mendengar bunyi tembakan.
"Itu terjadi pada tanggal 25 Desember 2013. Awalnya pelaku itu telepon ke bapak untuk berburu rusa ke tempat yang pernah mereka berburu. Sekitar 1-2 jam kemudian, kami mendengar ada bunyi tembakan," tutur Ferdinan saat dihubungi detikbali, Minggu (18/12/2022) malam.
Setelah suara tembakan itu, YL kembali datang menuju mobil yang diparkir di depan rumah korban. Ferdinan mengaku sempat bertanya kepada YL, namun tidak direspons dan memilih bergegas pergi.
"Kebetulan saat itu dia parkir mobilnya di depan rumah kami, sehingga saya pergi jemput dan saya tanyakan ke dia: 'tidak tembak lagi?' Tetapi om YL tidak menjawab, lalu dia ambil sejata yang dibawanya langsung kabur dengan mobilnya," kisah Ferdinan.
Di sisi lain, Ferdinan mengaku awalnya tidak menaruh curiga terhadap kondisi ayahnya yang sudah pergi berburu sejak pagi. Barulah sekitar pukul 16.00 Wita, Ferdinan menelepon YL dan bertanya keberadaan sang ayah.
"Dia alasan saja bilang hari ini dia tidak pergi berburu, padahal dia yang telepon bapak untuk pergi berburu. Selanjutnya kami melakukan pencarian di TKP selama tiga hari dan saat ditemukan sudah dalam keadaan meninggal dunia, tepatnya tanggal 27 Desember 2013 siang. Kami lihat bapak mengalami luka tembakan pada bagian belakang dan tembus bagian dada sehingga tulang rusuk patah," terang Ferdinan.
Ferdinan mengatakan pihaknya bersama keluarga langsung membawa korban untuk dilakukan visum dan autopsi di Rumah Sakit Bhayangkara Kupang. Sesuai hasil autopsi, korban disebut meninggal akibat ditembak sebanyak 2 kali dengan jarak tembakan sekitar 30 meter. Selain itu, korban disebut mendapat penganiayaan sehingga mengalami luka robek di sekujur tubuh.
"Jenazah bapak kami bawa ke RS untuk autopsi dan sesuai hasilnya, benar bapak ditembak sebanyak 2 kali dengan jarak sekitar 30 meter dan dianiaya sehingga banyak luka robek pada badan," jelas Ferdinan.
Menurutnya, kasus tersebut sudah dilaporkan ke Polsek Kupang Tengah dan Polres Kupang sejak 2013 dan hingga kini disebut masih dalam penyidikan. Ia pun heran lantaran kepolisian belum menetapkan tersangka atas kasus yang menimpa ayahnya. Ferdinan pun sempat mengadu ke Lembaga Pemantau Penyelenggara Triaspolitika Republik Indonesia (LP2TRI) agar kasus tersebut diangkat kembali.
"Laporan ke polisi sudah dilakukan, tapi herannya sampai saat ini belum ada penetapan tersangka. Padahal waktu itu tersangka sudah mengaku, tetapi polisi tidak bisa ambil tindakan lebih lanjut karena kemungkinan polisi yang mengeluarkan dan mengantar senjata. Kita duga ada permainan dari kepolisian," imbuhnya.
Ferdinan menyebut dirinya hanya mencari keadilan. Ia pun menuding kematian sang ayah merupakan pembunuhan berencana.
"Kami secara keluarga hanya cari keadilan saja karena bapak meninggal bukan karena penyakit, tapi dia ditembak mati," pungkasnya.
Terpisah, Kabid Humas Polda NTT Kombes Pol Ariasandy mengaku belum menerima laporan terkait masalah tersebut. "Sementara ini belum ada laporan mengenai hal tersebut, kita tunggu saja apakah yang bersangkutan mau melaporkan atau tidak," katanya singkat.
Baca selengkapnya di halaman selanjutnya.
Simak Video "Video: Olahan Jajanan Pakai Keju Rp 16 Juta di Kuliner Viral di Bali"
(iws/iws)