Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno terkesan dengan cita rasa Kompiang, roti khas Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Sandiaga pertama kali mencicipi Kompiang saat mengunjungi Parapuar di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Sabtu (29/10/2020).
Kompiang itu disajikan bersama kopi di view point Parapuar. Dari tempat ini terbentang panorama indah alam Labuan Bajo, seperti gugusan pulau dan kapal wisata di perairan Labuan Bajo, serta bentangan hutan yang seolah mengapit Kota Labuan Bajo.
Sandiaga ditemani Direktur Utama Badan Pelaksana Otoritas Labuan Bajo Flores (BPOLBF) Shana Fatina dan sejumlah wisatawan asal Singapura yang diajak Sandiaga. Ia terlihat ceria saat makan Kompiang. Sandiaga berjalan membagikan Kompiang ke beberapa orang. Sepotong Kompiang disuapnya kepada salah satu jurnalis, suasana pun penuh gelak tawa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kompiangnya dan saya surprise, rasanya cukup unik dan ada wijen di atasnya, jadi ada kreces-kreces dikit," kata Sandiaga.
Ia mengaku terkejut ada Kompiang di Labuan Bajo. Kompiang mengingatkan dia dengan Bagel, roti yang biasa ditemuinya di New York dan Singapura. "Seingat saya dulu Bagel itu sangat jarang kita dapatkan di Indonesia, ternyata ada di Labuan Bajo Bagel (berupa Kompiang)," ujar Sandiaga.
Ia berharap Kompiang bisa menjadi salah satu kuliner unggulan di Labuan Bajo. "Selamat untuk Labuan Bajo yang sudah mengembangkan Bagel (Kompiang), karena Bagel ini dekat dengan lidah wisatawan mancanegara," pungkas Sandiaga.
Simak halaman selanjutnya...
Cocok dinikmati bersama kopi atau teh, Kompiang biasanya dicelupkan ke gelas kopi atau teh sebelum dimakan. Cita rasa Kompiang akan terjaga jika disajikan dalam kondisi hangat.
Kompiang di Manggarai ini adaptasi dari Kompiang yang dibuat di Tiongkok dahulu kala. Pertama kali muncul di Ruteng, Ibu Kota Kabupaten Manggarai tahun 1983, yang dibuat warga keturunan Tionghoa di sana. Toko Tarsan, tempat menjual Kompiang di Ruteng, tak asing bagi masyarakat Manggarai.
Kini Kompiang banyak dijumpai di Labuan Bajo, dan memiliki banyak varian isinya. Kompiang menjadi salah satu oleh-oleh yang diburu wisatawan di Labuan Bajo, atau oleh-oleh saat bepergian ke luar kota.
Sementara itu, terkait dengan Parapuar yang dikunjungi Sandiaga, itu adalah kawasan seluas 400 Ha di puncak Kota Labuan Bajo. Parapuar dirancang menjadi destinasi wisata berkualitas pertama di Labuan Bajo, dengan mengusung konsep pariwisata berkelanjutan dan saat ini sedang dalam proses pembangunannya.
Parapuar diartikan sebagai pintu gerbang yang mengarah ke hutan, diambil dari bahasa Manggarai para (pintu) dan puar (hutan). Lokasinya ditempuh sekira 10 menit dari pusat Kota Labuan Bajo. Parpuar dikelola Kemenparekaraf melalui BPOLBF.
Di Parapuar akan dibangun empat zona, yakni zona budaya, yang akan menampilkan keunikan dan keragaman budaya NTT; zona rekreasi, yang menyediakan atraksi hiburan dan rekreasi bagi para pengunjung untuk bersantai.
Kemudian zona alam liar, yang menonjolkan keragaman dan keunikan satwa liar di sekitar hutan kawasan Parapuar; dan terakhir zona pertualangan, yang menawarkan pengalaman berpetualang bagi pengunjung dengan berbagai aktivitas menarik dan menantang. Salah satu fasilitas yang akan disediakan di zona ini adalah kereta gantung (cable car).
Simak Video "Video: Momen Liburan Sandiaga di AS Setelah Tak Lagi Jadi Menparekraf"
[Gambas:Video 20detik]
(irb/hsa)