Tari Caci adalah tarian tradisional Manggarai. Tarian ini disebut tari perang. Dua penari akan beradu ketangkasan menggunakan pecut sebagai senjata, dan perisai untuk menangkis serangan.
Pecut dan perisai terbuat dari irisan kecil kulit kerbau yang sudah dikeringkan. Tarian caci hanya boleh dimainkan laki-laki.
Para penonton tampak antusias menonton atraksi tersebut. Sejumlah wisatawan nusantara juga tampak menyaksikan pentas Tari Caci tersebut. "Senang bisa menonton atraksi itu," ujar Verawati, saat menonton Tari Caci dalam IFG Labuan Bajo Marathon 2022, di Waterfront Marina Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, Jumat (28/10/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat pentas caci, para penari terbagi dalam dua kelompok. Masing-masing kelompok mengutus satu orang untuk beradu ketangkasan. Dua penari ini diberi peran bergantian.
Saat penari yang satunya menjadi penyerang, lawannya kebagian peran menangkis dengan perisai. Setelahnya, peran langsung diganti, yang berperan menangkis, menjadi penyerang.
Sebelum ganti peran, ada jeda 2-3 menit. Penari yang berperan menangkis akan menari dan bernyanyi sesaat setelah dipecut. Nyanyiannya akan disambut penari lain dari kelompoknya.
Lalu ia akan menyerahkan perisai ke lawannya, dan memilih pecut yang akan digunakan. Setelah 3-4 kali berbagi peran, mereka akan diganti penari baru dari masing-masing kelompok.
Bagian tubuh yang boleh diserang hanya pinggang ke atas. Penari memakai sarung songket untuk menutup pinggang ke bawah hingga kaki. Mereka juga memakai celana panjang putih.
Para penari tidak menggunakan alas kaki dan tak memakai baju. Ada penutup kepala semacam destar. Saat berperan menangkis serangan, wajah ditutup, kecuali mata untuk melihat pergerakan lawan yang menyerangnya.
Serangan pecut bisa menimbulkan luka di tubuh, namun karena penari sudah terlatih, jadi jarang ada yang terluka. Pemenang adu ketangkasan ditentukan jika berhasil melukai wajah lawan.
Melukai bagian wajah itu sangatlah sulit, karena berhasil melukai bagian tubuh lawan saja tidak mudah. Kendati ada yang terluka, tidak ada dendam di antara mereka.
Tentang Tari Caci
Dilansir dari laman Warisan Budaya Tak Benda Indonesia, caci berasal dari kata ca dan ci. Dalam masyarakat Manggarai, ca berarti satu dan ci berarti paksa atau memaksa. Artinya, satu di sana satu di sini, memukul dan menangkis secara berbalasan satu lawan satu.
Caci merupaka pertaruang dua pria, pemukul disebut paki dan lawan yang dipukul menangkis disebut (ta?ang). Permainan caci terdiri dari dua kelompok (kubu), yang akan saling pukul dan cambuk bukan untuk adu hebat, tapi mempertahankan semangat kekeluargaan.
Tidak ada kalah menang dan rasa dendam dalam permainan ini, melainkan semakin meningkatkan rasa persatuan, persaudaraan, dan persahabatan. Aspek permainan ini pun bermain sehat dan sportif.
Tari caci bersifat suka cita dan dilakukan dalam upacara adat dan acara khusus. Biasanya ditampilkan dalam upacara perkawinan (tae kawing), syukuran (panti) membuka ladang baru maupun syukuran hasil panen.
Selain itu, juga dilaksanakan saat syukuran warga kampung, syukuran tahunan, syukuran pentahbisan imam, penyambutan tamu kehormatan, peringatan HUT Kemerdekaan RI, hari Pendidikan Nasional, Sumpah Pemuda atau hari bersejarah lainnya.
(irb/nor)