Keberadaan pedagang asongan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika dianggap mengganggu wisatawan. Namun, seorang pengasong di kawasan tersebut membantah anggapan yang menyebut dirinya mengganggu dan memaksa wisatawan agar membeli dagangannya.
Seperti diakui oleh Diah (45), seorang pedagang asongan asal Rembitan Desa Rembitan. Ia membenarkan bahwa dirinya membuntuti wisatawan saat berjualan di kawasan yang terletak di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) tersebut. Namun, ibu dua anak itu mengaku hal itu dilakukan hanya sebagai strategi penjualan.
"Bukan maksa buat beli, tapi siapa tau meraka berubah pikiran kan setelah kita ikuti. Masa tamu nggak bawa uang kan," katanya dalam bahasa Sasak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia pun mengaku menjadi pengasong di kawasan KEK Mandalika lantaran desakan ekonomi keluarga. Adapun dagangan yang dia jual antara lain kain, kalung, dan gelang. Diah menyebut persaingan antarsesama pedagang asongan juga ketat.
"Banyak, kan apalagi kalau hari libur itu banyak yang jualan," pungkasnya.
Kepala Bidang Perdagangan di Dinas Perdagangan Kabupaten Lombok Tengah Raden Roro mengatakan pihaknya sedang mendata seluruh pedagang asongan yang berjualan di area KEK Mandalika. Menurutnya, 90 persen pedagang asongan itu di berasal dari Desa Rembitan, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah.
Roro pun mengatakan, para pedagang asongan itu nantinya akan dibina. Pembinaan dan pendataan dilakukan dengan melibatkan pemilik area yakni PT ITDC, Kepala Desa, Kecamatan, dan pihak OPD terkait. Para pedagang asongan itu dibina dalam rentang Agustus-September atau sebelum gelaran World Superbike Championship (WSBK) 2022.
"Kita sudah rapatkan dua bulan yang lalu dengan pihak ITDC. Nanti setalah didata dan dibina, semua pedagang itu dipetakan zona areal boleh berjualan. Kita juga akan pusatkan ke Bazar Mandalika. Bazar itu banyak tempat kosong kan," katanya, Sabtu siang (6/8/2022)
Khusus di depan pintu masuk Sirkuit Mandalika, ujar Roro, Pemda Lombok Tengah bersama ITDC juga sudah membuka area pedagang untuk 50 lapak. Lokasinya berada di seberang jalan di depan Sirkuit Mandalika.
"Nanti para pedagang tidak lagi boleh pakai payung, terpal dan meja di depan Sirkuit Mandalika. Kita akan coba tata seperti di Nusa Dua Bali. Artinya itu akan diberikan dulu bagaimana tata cara berjualannya," ujar Roro.
(iws/kws)