4 Penyebab Turis Ogah ke Pantai Lakey, Semua Hotel Dibooking PT STM

4 Penyebab Turis Ogah ke Pantai Lakey, Semua Hotel Dibooking PT STM

Faruk Nickyrawi - detikBali
Sabtu, 30 Jul 2022 14:12 WIB
Dua orang wisatawan Mancanegara di Alis Bar Pantai Lakey di Desa Huu, Kecamatan Huu, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB)
Dua orang wisatawan mancanegara di Ali's Bar Pantai Lakey di Desa Hu'u, Kecamatan Hu'u, Kabupaten Dompu, NTB. Foto: ist
Dompu -

Pantai Lakey yang berlokasi di Desa Hu'u, Kecamatan Hu'u, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB) kini tak seramai dulu. Setelah dilanda Pandemi COVID-19, pantai yang terkenal dengan ombak nomor 2 terbaik di dunia itu sepi dari kunjungan para wisatawan mancanegara. Ada empat faktor yang menjadi penyebab wisatawan mancanegara ogah berwisata ke Pantai Lakey lagi.

"Angkanya 60 persen lebih sedikit dibandingkan dengan tahun sebelum COVID-19," kata salah seorang pelaku wisata di pantai Lakey, Muhammad Ali pada detikBali Sabtu (30/7/2022).

Menurut Ali, faktor pertama adalah persoalan manajemen transportasi dan akomodasi bandara yang kurang baik terhadap turis, fasilitas penginapan di pantai yang tidak memadai serta kebersihan pantai. Ali menegaskan, setiap wisatawan mancanegara dengan tujuan Pantai Lakey dipersulit oleh manajemen akomodasi bandara dengan mematok harga jasa sewa transportasi yang mencapai Rp 800 ribu per mobil.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Manajemen Bandara Bima yang memonopoli transportasi. Penumpang yang masuk di bandara bukan milik Bandara Bima, harusnya diberi opsi untuk memilih kendaraan, itu hak tamu. Belum lagi dengan harga yang dipatok sampai Rp 800 ribu per mobil dengan jumlah penumpang 5 orang. Itu sangat mahal," jelas Ali.

Kedua, kondisi juga diperparah oleh harga tiket yang mahal. Hal itu diketahui setelah Ali yang memiliki rekanan pemandu wisata di luar negeri yang mengabarkan hal itu sehingga mereka yang ingin ke Lakey berpikir dua kali.

"Tiket pesawat dari Bali ke Bima Rp 2 juta lebih. Belum lagi bagasinya, satu papan selancar Rp 200 ribu, ini sangat memberatkan mereka. Transportasi dari bandara ke Lakey Rp 800 ribu itu sangat mahal," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Ketiga, hampir 90 persen jasa hotel dan penginapan lain yang ada di kawasan Pantai Lakey dipakai oleh PT Sumbawa Timur Mining (STM) untuk tempat menginap para karyawannya. Bahkan dibooking dengan jangka waktu bertahun-tahun.

"Jasa akomodasi di pantai Lakey ini dipakai oleh PT STM. Jadi ada isu yang berkembang di luar negeri itu, semua kamar hotel yang ada dibooking oleh PT STM untuk karyawannya," ungkapnya.

Ali mengetahui itu setelah berdiskusi dengan relasinya dari luar negeri tentang penyebab para turis tidak lagi mau datang dan berpikir tentang fasilitas yang tidak memadai.

"Jadi seperti itu isu yang berkembang dari luar negeri. Mati suri menurut saya pariwisata Lakey ini, banyak tapi tidak seramai dulu karena berbagai askes yang memengaruhi termasuk harga tiket pesawat yang sangat mahal," tegasnya.

Keempat, fasilitas lain di Pantai Lakey yang juga disorot adalah keberadaan tower safety yang berada di tengah laut. Tower itu kondisinya sangat memprihatinkan dan dapat menimpa para peselancar sewaktu-waktu rubuh.

"Tower yang ada di dalam laut sudah lapuk dan terancam roboh dan dapat menimpa para wisatawan yang sedang berselancar. Itu harusnya diperbaiki dulu sebelum adanya kejadian yang menjadi masalah," ujarnya.

Ali yang memiliki usaha hotel dan Bar mengaku merugi karena tidak ada wisatawan yang datang sehingga harus putar otak agar tidak gulung tikar.

"Usaha kami stagnan, Pemda harus ada terobosan dalam menggelar kembali event selancar dunia. Kita sudah punya, tinggal menjual saja, karena dengan event ini kita dapat memompakan kembali nama Lakey di mata dunia," ucapnya.




(nor/irb)

Hide Ads