Menyantap Balung dan Babat Super Empuk di Warung Jawa Parasari Denpasar

Menyantap Balung dan Babat Super Empuk di Warung Jawa Parasari Denpasar

Vincencia Januaria Molo - detikBali
Minggu, 27 Okt 2024 22:53 WIB
Warung Jawa Parasari di Jl. Pidada IV No.15, Ubung, Denpasar Utara. (Vincencia Januaria Molo/detikBali)
Foto: Warung Jawa Parasari di Jl. Pidada IV No.15, Ubung, Denpasar Utara. (Vincencia Januaria Molo/detikBali)
Denpasar -

Di tengah hiruk-pikuk Kota Denpasar, terdapat sebuah warung yang telah bertahan selama dua dekade, yakni Warung Jawa Parasari. Warung ini terkenal dengan menu andalannya, balung dan babat.

Warung sederhana di Jl. Pidada IV No.15, Ubung, Denpasar Utara, menjadi saksi perjalanan kuliner legendaris yang telah berdiri sejak tahun 2002. Warung Jawa Parasari dikelola oleh Agus Endro Woko bersama anaknya dan empat pegawai.

Warung Jawa Parasari di Jl. Pidada IV No.15, Ubung, Denpasar Utara. (Vincencia Januaria Molo/detikBali)Agus Endro Woko saat mengolah menu andalan di Warung Jawa Parasari di Jl. Pidada IV No.15, Ubung, Denpasar Utara. (Vincencia Januaria Molo/detikBali)

Warung ini terkenal dengan sajian khas balung dan babat yang menggugah selera. Dengan cita rasa daging yang empuk dan kuah gurih, warung ini berhasil mempertahankan keunikannya hingga kini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebelum ada HP Android, promosi warung ini masih dari mulut ke mulut," ujar pria berusia 61 tahun itu saat ditemui detikBali, Sabtu (26/10/2024).

Usaha yang dimulai dengan hanya mengolah tiga kilogram daging sapi segar, kini berkembang pesat dengan sampai 50 kilogram daging sapi per hari. Dari jumlah tersebut, 25 kilogram dimasak pedas dan 25 kilogram tidak pedas.

ADVERTISEMENT

Woko membagi menunya menjadi beberapa varian, termasuk tulang iga dan rawon. Serta menawarkan tiga pilihan rasa untuk pelanggan dengan rasa biasa, sedikit pedas, dan sangat pedas. Harga seporsi tulang iga atau rawon dan sepiring nasi Rp 35 ribu.

"Yang menciptakan resep itu adalah almarhum istri saya, dan kami memang sengaja membuat terobosan menu yang berbeda dari yang lain," ujarnya.

Meski persaingan kuliner di Bali semakin ketat, Woko tidak gentar. Baginya, yang terpenting adalah mempertahankan cita rasa dan menjaga kebersihan dalam melayani pelanggan.

"Yang pertama rasa, kami tetap mempertahankan rasa. Yang kedua, kami melayani pelanggan dengan bersih," jelasnya.

Warung Jawa Parasari di Jl. Pidada IV No.15, Ubung, Denpasar Utara. (Vincencia Januaria Molo/detikBali)Warung Jawa Parasari di Jl. Pidada IV No.15, Ubung, Denpasar Utara. (Vincencia Januaria Molo/detikBali)

Warung Jawa Parasari buka setiap hari dari pukul 09.00 Wita hingga 22.00 Wita, dengan puncak keramaian pada jam makan siang. "Kami nggak takut bersaing, ada orang yang jualan kayak kami, nggak apa-apa," tegas Woko.

Dengan kekhasan cita rasa yang terus dipertahankan dan pelayanan yang bersih, warung ini berhasil menjadi salah satu destinasi kuliner yang digemari warga lokal dan wisatawan nusantara. Yang terjauh adalah pelanggan dari Jakarta.

Warung Jawa Parasari menjadi pilihan tempat makan siang yang sering dikunjungi. Salah satu pengunjung siang itu adalah Tamilyana. Mahasiswa berusia 19 tahun ini nampak asik menyeruput kuah dari balung dan menyantap rawon.

"Saya paling suka balung sih, karena dagingnya benar-benar empuk, sekali kunyah langsung hancur di mulut. Rasanya juga cocok di lidah saya," tutur mahasiswa ilmu hukum itu.

Artikel ini ditulis oleh Vincencia Januaria Molo peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom




(nor/hsa)

Hide Ads