Sebuah usaha jualan donat viral di media sosial (medsos) hingga 'digeruduk' banyak pelanggan yang rela mengantre. Usaha donat viral itu berada di Pusat Pertokoan dan Perbelanjaan Kertha Wijaya, Jalan Diponegoro, Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar, dengan brand CAViA Donuts by CAViA Patisserie.
Pemilik atau owner CAViA Donuts by CAViA Patisserie ternyata mendapatkan inspirasi berjualan donat tersebut dari usaha yang sama di Malaysia. Ia menemukan postingan jualan donat Malaysia di medsos dan akhirnya terinspirasi membuat usaha tersebut.
"Jadi intinya ide awal itu ada yang jual seperti ini di Malaysia," kata Owner CAViA Donuts by CAViA Patisserie Josh Novendra (32), saat ditemui usai donatnya terjual ludes, Sabtu (17/9/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam postingan yang dilihat oleh Josh Novendra, pedagang di Malaysia itu menjajakan donat di atas sebuah meja dengan panjang antara enam sampai delapan meter. Sepanjang meja itu semuanya berisi donat. Dari sana ia kemudian terinspirasi untuk membuat usaha serupa.
"Itu inspirasinya. Memang kalau dipikir-pikir risikonya tinggi, kenapa (karena) kalau enggak laku besoknya enggak bisa dijual. Memang kenapa orang jual donat itu dikit-dikit dipajang. Dia bisa pilihlah mau apa, nanti diisi topping. Kebanyakan kan donat gitu," kata dia.
Setelah melihat adanya postingan tersebut, Josh Novendra mulai berpikir bahwa usaha berjualan donat dengan konsep kaki lima seperti itu belum ada di Indonesia, khususnya di Bali. Karena itu dirinya mencoba untuk membuat usaha serupa.
"Makanya saya ingin yang beda, ngelihat ada yang sudah ngelakuin di Malaysia, kok kayaknya di Bali belum gitu ya, coba lah, akhirnya ya lumayan lah hasilnya," imbuhnya.
Meski usaha donatnya itu kini telah viral dan hampir setiap hari ditunggu-tunggu pelanggan, Josh Novendra mengaku sempat mengalami kendala pada saat awal-awal berjualan. Bahkan sebelum sempat viral, donat yang ia jual tidak semuanya habis dibeli masyarakat.
"Jadi waktu awal buka itu sempat kok kami enggak habis. Jadi kami merasa rugi juga," tuturnya.
Selain jualan yang tak habis, saat produksi juga masih terdapat donat yang gagal dan tak layak dijual. Padahal ia sudah memproduksi donat dari pukul 05.00 Wita sampai 15.00 Wita agar memenuhi 1.500 picis.
"Ya intinya pernah lah di awal-awal itu gagal bikin dari pagi sampai sore gagal, akhirnya enggak jadi dijual. Kami kasih lah ke panti asuhan, pernah juga kami mengalami kayak gitu," ungkap Josh Novendra.
"Jadi intinya donat itu (tidak layak dijual) bisa jadi minyakan lah, ya enggak kembung lah, bantet istilahnya, banyak faktor lah. Jadi sudah ngerasain lah beberapa kali gagal itu, cuma akhirnya dapat lah formulanya yang pas, dan katanya mirip kayak donat merek terkenal katanya," tambahnya.
(irb/irb)