Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), mengajak para orang tua lebih peduli dalam mendampingi anak di rumah. Langkah ini dilakukan untuk meminimalisir kasus kekerasan seksual di kalangan siswa yang kembali jadi sorotan.
"Faktornya (banyak kasus pelecehan seksual di kalangan siswa dan pelajar di Mataram) karena kurangnya pengawasan orang tua. Faktor lain yang tidak bisa kita pungkiri adalah kemajuan feknologi digitalisasi yang luar biasa berpengaruh, terutama pada hal-hal kekerasan seksual," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala DP3A Kota Mataram, Yunia Arini saat dikonfirmasi, Senin (18/8/2025).
Menurut Yunia, banyak kasus kekerasan seksual didapatkan anak melalui ponsel. Bahkan, anak-anak di bawah umur belajar hal-hal menyimpang lewat HP.
"Penyimpangan-penyimpangan itu juga banyak mereka dapatkan dari HP. (Bahkan) belajar dalam tanda kutip," jelasnya.
Yunia menyambut baik adanya Surat Edaran (SE) Wali Kota Mataram, Mohan Roliskana, tentang pembatasan HP di sekolah. Namun, ia menekankan pentingnya peran orang tua di rumah.
"Kami sambut baik edaran Pak Wali Kota, tapi tentunya kebijakan itu harus diadopsi oleh orang tua di rumah. Karena sebagian besar waktu anak-anak itu lebih banyak di rumah. Jangan sampai di sekolah sudah bagus, tertib dan disiplin, tapi kemudian di rumah anak-anak ini tidak terkontrol pegang HP, dari pulang sekolah sampai malam," tutur Yunia.
Simak Video "Video: KPAI Bakal Buat Kajian soal Durasi Jam Belajar di Indonesia"
(dpw/dpw)