DP3A Mataram Minta Orang Tua Melek Teknologi untuk Cegah Kekerasan Seksual Anak

DP3A Mataram Minta Orang Tua Melek Teknologi untuk Cegah Kekerasan Seksual Anak

Nathea Citra - detikBali
Senin, 18 Agu 2025 18:48 WIB
Ilustrasi Pelecehan dan Penelantaran Anak
Ilustrasi pelecehan anak. (Foto: iStock)
Mataram -

Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), mengajak para orang tua lebih peduli dalam mendampingi anak di rumah. Langkah ini dilakukan untuk meminimalisir kasus kekerasan seksual di kalangan siswa yang kembali jadi sorotan.

"Faktornya (banyak kasus pelecehan seksual di kalangan siswa dan pelajar di Mataram) karena kurangnya pengawasan orang tua. Faktor lain yang tidak bisa kita pungkiri adalah kemajuan feknologi digitalisasi yang luar biasa berpengaruh, terutama pada hal-hal kekerasan seksual," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala DP3A Kota Mataram, Yunia Arini saat dikonfirmasi, Senin (18/8/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Yunia, banyak kasus kekerasan seksual didapatkan anak melalui ponsel. Bahkan, anak-anak di bawah umur belajar hal-hal menyimpang lewat HP.

"Penyimpangan-penyimpangan itu juga banyak mereka dapatkan dari HP. (Bahkan) belajar dalam tanda kutip," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Yunia menyambut baik adanya Surat Edaran (SE) Wali Kota Mataram, Mohan Roliskana, tentang pembatasan HP di sekolah. Namun, ia menekankan pentingnya peran orang tua di rumah.

"Kami sambut baik edaran Pak Wali Kota, tapi tentunya kebijakan itu harus diadopsi oleh orang tua di rumah. Karena sebagian besar waktu anak-anak itu lebih banyak di rumah. Jangan sampai di sekolah sudah bagus, tertib dan disiplin, tapi kemudian di rumah anak-anak ini tidak terkontrol pegang HP, dari pulang sekolah sampai malam," tutur Yunia.

Yunia meminta orang tua melek teknologi agar bisa mengawasi aktivitas anak.

"Kami harapkan orang tua bisa lebih melek teknologi, artinya mereka harus lihat anak-anak ini akses apa saja. Dan sebisa mungkin didampingi, sebisa mungkin anak-anak kecil ini jangan dulu lah pegang HP," ucap Yunia.

Ia menambahkan, anak-anak yang lebih sering mengakses HP biasanya karena kurangnya kegiatan positif.

"Anak-anak yang banyak pegang HP itu karena mereka kurang mengisi waktu luang, itu menurut saya. Makanya kita harapkan orang tua sebisa mungkin menggali potensi anak-anaknya. Kadang-kadang orang tua itu nggak mau ribet, jadi ya sudah, anak-anak pegang HP, sama-sama pegang HP. Sebisa mungkin ada quality time antara anak dan orang tua, bisa bicara juga dengan anak," beber Yunia.

Kasus Percobaan Sodomi di SD

Sebelumnya, Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Mataram menemukan kasus percobaan sodomi di kalangan siswa SD. Kasus ini berawal dari laporan sekolah pada awal pekan ini.

"Belum ada indikasi sodomi (tapi sudah ke tahap percobaan)," kata Ketua LPA Mataram, Joko Jumadi saat dihubungi detikBali, Selasa (12/8/2025).

Dari hasil asesmen sementara, percobaan sodomi itu dilakukan sebagai syarat masuk ke sebuah geng berisi anak-anak SD di Mataram.

"Sekarang kami sedang tahap asesmen (ke anak tersebut), karena anak-anak ini masih kecil, asesmennya jadi panjang," ujarnya.

Joko menjelaskan, LPA tidak memanggil anak-anak yang terlibat, melainkan mendatangi mereka untuk asesmen.

"Kami pendekatan dulu, maklum ini anak-anak kecil, jadi nggak bisa langsung cepat asesmennya," imbuhnya.

Menurutnya, pola asuh keluarga menjadi faktor utama munculnya kasus tersebut.

"Ujung-ujungnya ada pada pola asuh keluarga yang bermasalah, itu hulunya. Mudahnya mengakses pornografi hanya sebagai faktor pendukung," bebernya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: KPAI Bakal Buat Kajian soal Durasi Jam Belajar di Indonesia"
[Gambas:Video 20detik]
(dpw/dpw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads