Dugaan Pemerasan di Balik ASN Gantung Diri Setelah Terjerat Kasus Pencurian

Round Up

Dugaan Pemerasan di Balik ASN Gantung Diri Setelah Terjerat Kasus Pencurian

Ahmad Viqi - detikBali
Kamis, 20 Mar 2025 08:26 WIB
Tangkapan layar video massa serang Polsek Kayangan, Lombok Utara, Senin (17/3/2025) malam. (Istimewa)
Foto: Tangkapan layar video massa serang Polsek Kayangan, Lombok Utara, Senin (17/3/2025) malam. (Istimewa)
Mataram -

Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi kepada siapa pun untuk melakukan tindakan serupa. Bagi Anda pembaca yang merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.

Nasruddin mengungkapkan adanya dugaan pemerasan sebesar belasan juta rupiah terhadap anaknya, RW, yang tewas gantung diri setelah terjerat kasus pencurian handphone di Polsek Kayangan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB). Nasruddin menyesalkan peristiwa itu menimpa buah hatinya.

Nasruddin meyakini anaknya yang merupakan aparatur sipil negara (ASN) di Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Lombok Utara itu diperas oleh salah seorang anggota polisi di Polsek Kayangan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Awal Mula Tuduhan Curi HP

Nasruddin bercerita kejadian itu bermula pada Jumat sore, 7 Maret 2025. RW berbelanja di Alfamart Kayangan untuk membeli bahan-bahan jualan untuk berbuka puasa. Selain berbelanja, RW juga menarik uang.

Setelah membayar barang belanjaan di kasir, dia diduga tanpa sadar membawa handphone di atas meja kasir. Ternyata, ponsel itu milik salah seorang pegawai Alfamart bernama Raden Faozan.

"Dia kira itu handphone punya dia karena warnanya sama," jelas Nasruddin kepada detikBali via telepon, Rabu (19/3/2025).

Saat perjalanan pulang, tepatnya di seputaran Dusun Empak Mayong, Desa Sesait, ada panggilan masuk ke handphone yang dibawa korban. "Karena sedang mengendarai sepeda motor, dia memutus panggilan telepon," kata Nasruddin.

Menurut Nasruddin, pada malam hari, pukul 23.45 Wita, RW pergi ke Alfamart pun mengembalikan handphone tersebut. Pemiliknya, Raden Faozan, pun telah menerimanya. RW juga menyampaikan permintaan maaf.

"Sudah minta maaf langsung dan diterima oleh Raden. Saat itu juga kasus itu selesai. Tapi karena viral dan sudah dilaporkan ke polisi, beda cerita," katanya.

Ada Kesepakatan Damai

Malam itu juga RW dipanggil ke polisi untuk menjalani Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Sebab, Raden sudah melaporkan peristiwa itu ke polisi.

"Anak saya dibawa dari Alfamart oleh polisi seakan-akan anak saya tertangkap tangan atau OTT. Padahal handphone sudah diserahkan ke pemiliknya malam itu," beber Nasruddin.

Lantasn, Kepala Dusun Sangiang dan Kadus Batu Jompang bersama beberapa warga berangkat ke Polsek Kayangan. Tujuannya mendampingi mediasi antara RW dengan pihak Raden Faozan. Dalam mediasi itu, Nasruddin berujar, kedua pihak bersepakat berdamai. Keesokan harinya perdamaian dilanjutkan secara tertulis antara RW dan Raden Faozan.

"Ada surat perdamaian disepakati dan tanda tangani," ucap Nasrudin.

Setelah itu kepala dusun pun melakukan mediasi dan konsultasi dengan Kapolsek Kayangan. Isinya, mereka bersedia memfasilitasi mekanisme restorative justice (RJ).

Dugaan Pemerasan

Seusai berdamai, RW diperkenankan menjalani aktivitas seperti biasa, tapi dikenakan wajib lapor. Namun, Nasruddin mengaku anaknya itu bercerita ada anggota polisi yang diduga memeras. Dia juga diduga memaksa RW mengaku sebagai pencuri HP.

"Jadi anak saya telah dibunuh batinnya, pikirannya, psikologinya," ucap Nasruddin.

Menurut Nasruddin, warga yang mengetahui hal itu geram. Mereka lantas menyerang dan merusak Mapolsek Kayangan, Senin (17/3/2025) malam. Massa menuding penyebab kematian RW karena perbuatan anggota polisi.

Anggota DPR RI Janji Mengawal

Kasus itu juga menjadi sorotan Wakil Ketua Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Sari Yuliati. Politikus Golkar ini menduga RW gantung diri karena tekanan dan intimidasi dari aparat kepolisian.

"Saya meminta Polda NTB untuk melakukan investigasi secara serius dan transparan. Jika ada oknum yang terbukti melakukan intimidasi atau pelanggaran prosedur, maka harus segera ditindak tegas sesuai hukum yang berlaku," tegas Wakil Ketua Komisi III DPR RI dari Dapil II NTB itu, Rabu (19/3/2025) malam.

Sari menekankan pentingnya menjaga kepercayaan publik terhadap institusi kepolisian. Kepercayaan publik adalah kunci dalam menjaga stabilitas dan wibawa aparat penegak hukum.

"Kasus seperti ini tidak boleh terjadi lagi, dan langkah konkret harus diambil untuk memastikan tidak ada penyalahgunaan wewenang oleh aparat," tambahnya.

Sari juga menyesalkan kasus ini telah menimbulkan gelombang protes dari masyarakat setempat, yang berujung pada aksi pembakaran Polsek Kayangan. Sari Yuliati berharap agar aparat kepolisian dapat bersikap profesional dalam menangani kasus dan meredam eskalasi konflik di tengah masyarakat.

"Komisi III DPR RI akan terus mengawal perkembangan kasus ini dan memastikan bahwa proses hukum berjalan dengan adil serta transparan," ujarnya.

Sebelumnya, Polsek Kayangan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB) diserang ratusan orang, Senin malam. Akibatnya, sejumlah kendaraan motor dibakar massa. Selain itu, jendela dan pintu juga rusak dilempar dengan batu dan kayu.

Dalam video yang beredar terlihat kondisi sejumlah sepeda motor di Polsek Kayangan dibakar massa. Kemudian pintu dan jendela terlihat pecah dan berantakan akibat terkena lemparan dan pukulan. Terlihat juga mobil pemadam tiba di lokasi untuk memadamkan api kendaraan.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, ratusan warga itu berasal dari Dusun Batu Jompang, Desa Sesait, Kecamatan Kayangan. Kasi Humas Polres Lombok Utara Ipda Made Wiryawan yang dikonfirmasi via telepon enggan memberikan keterangan detail lantaran masih berkoordinasi dengan Polda NTB.

"Sebentar-sebentar, nanti saya hubungi lagi. Masih koordinasi dengan Polda," katanya.




(hsa/gsp)

Hide Ads