Mengenal Kwangen dalam Tradisi Hindu Bali dan Tata Cara Pembuatannya

Mengenal Kwangen dalam Tradisi Hindu Bali dan Tata Cara Pembuatannya

Adila Farhah Nursyifa - detikBali
Senin, 22 Des 2025 08:48 WIB
Mengenal Kwangen dalam Tradisi Hindu Bali dan Tata Cara Pembuatannya
Foto: Kwangen. (Tangkapan Layar Youtube/Cempaka Widya)
Jakarta -

Bali adalah daerah yang terkenal dengan keberagaman budaya dan tradisi Hindu. Setiap sarana persembahyangan didasari oleh ajaran filosofis. Salah satu sarana penting yang digunakan dalam berbagai upacara yadnya adalah kwangen.

Kwangen lebih dari sekadar rangkaian daun, bunga, dan perlengkapan alam lain. Kwangen merupakan simbol spiritual yang merepresentasikan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa. Pemahaman terhadap makna dan proses pembuatannya menjadi bagian penting dalam menjaga kesakralan ritual serta melestarikan nilai-nilai keagamaan dan budaya yang diwariskan secara turun-temurun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengenal Kwangen

Secara filosofis, kwangen merupakan simbol Ongkara, yaitu aksara suci (pranawa) yang melambangkan Tuhan Yang Maha Esa. Ongkara dikenal sebagai wijaksara atau ekaksara yang menjadi sumber dari segala ciptaan dan kehidupan. Penggunaan kwangen dalam upacara keagamaan Hindu tidak bersifat simbolik semata, melainkan memiliki makna spiritual yang mendalam sebagai media pemujaan kepada Sang Hyang Widhi Wasa.

Keberadaan kwangen dan pemaknaannya dalam pelaksanaan yadnya telah disebutkan dalam berbagai sumber lontar, seperti Lontar Sri Jaya Kesunu dan Yadnya Prakerti. Sumber-sumber tersebut menjelaskan kwangen sebagai sarana persembahan yang berfungsi mendukung pelaksanaan srada dan bhakti umat Hindu kepada Tuhan, para dewa, leluhur, serta unsur-unsur kosmis lainnya.

ADVERTISEMENT

Sarana persembahyangan yang memiliki bentuk lonjong menyerupai kojong ini terbuat dari berbagai unsur alam, seperti daun pisang, janur, bunga, pelawa, porosan, serta uang kepeng. Seluruh unsur tersebut ditata secara harmonis sehingga membentuk satu kesatuan yang tidak hanya bernilai fungsional, tetapi juga estetis.

Setiap komponen pembentuk kwangen memiliki bentuk, makna, dan fungsi tersendiri. Daun pisang dan janur menjadi dasar pembentukannya, melambangkan kesederhanaan dan kedekatan manusia dengan alam. Porosan berfungsi sebagai simbol inti persembahan, sementara bunga melambangkan keindahan, ketulusan, dan kesucian hati. Uang kepeng melengkapi kwangen sebagai simbol keseimbangan nilai spiritual dan material.

Kwangen tidak hanya hadir sebagai bagian dari perlengkapan upacara, tetapi juga menjadi sarana bagi umat untuk membersihkan diri secara batin dan menata kembali fokus pikiran kepada Tuhan. Anjuran untuk membawa kwangen sendiri saat sembahyang mencerminkan kesadaran personal bahwa proses spiritual bukan sekadar kewajiban kolektif, melainkan perjalanan individu dalam membangun hubungan yang lebih dekat dengan Yang Ilahi.

Melalui pemahaman terhadap filosofi kwangen, umat Hindu Bali diajak untuk tidak berhenti pada pelaksanaan ritual secara lahiriah. Ritual dipandang sebagai ruang perenungan, tempat manusia menyelami makna spiritual yang lebih dalam dan menyelaraskan diri dengan kesucian yang berasal dari Tuhan.

Alat dan Bahan Kwangen

Langkah awal dalam pembuatan kwangen adalah menyiapkan seluruh bahan dan alat yang diperlukan. Bahan utama meliputi daun pisang, janur, daun sirih, bunga, porosan, serta uang kepeng. Persiapan yang baik bertujuan agar proses pembuatan dapat dilakukan dengan rapi dan penuh ketelitian.

Tata Cara Pembuatan Kwangen

  • Membentuk kojong
    Daun pisang dibentuk menyerupai corong atau lonjong, kemudian bagian atasnya dipotong secara miring. Bentuk ini disebut kojong dan memiliki makna simbolis sebagai lambang Ardacandra yang merepresentasikan aspek keseimbangan dan kesatuan dalam konsep ketuhanan.
  • Membuat porosan silih asih
    Porosan dibuat dari dua lembar daun sirih yang digulung dengan posisi berbeda, satu menengadah dan satu telungkup, kemudian disatukan. Porosan ini disebut porosan silih asih yang melambangkan hubungan timbal balik antara bakti umat manusia dengan kasih sayang Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
  • Menyusun kembang payas
    Kembang payas dibentuk menyerupai cili dan dibuat dari rangkaian jejahitan janur yang telah diringgit atau dibentuk. Unsur ini melambangkan nada dan rasa, sementara reringgitan janur merepresentasikan ketulusan hati dalam pelaksanaan yadnya.
  • Mengisi bunga dan uang kepeng
    Tahap terakhir adalah mengisi kojong dengan bunga aneka warna serta uang kepeng. Bunga melambangkan kesegaran batin dan kesucian pikiran dalam melaksanakan yadnya, sedangkan uang kepeng berfungsi sebagai sesari atau sarining manah. Uang kepeng juga dimaknai sebagai simbol penebus atas segala kekurangan yang mungkin terdapat dalam pelaksanaan persembahan.
Halaman 2 dari 2


Simak Video "Festival Tirta Gangga Tampilkan Parade Budaya Bali Timur"
[Gambas:Video 20detik]
(hsa/hsa)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads