Malala, Tradisi Meracik Minyak Tradisional Saat Muharram di Sumbawa

Malala, Tradisi Meracik Minyak Tradisional Saat Muharram di Sumbawa

I Komang Murdana - detikBali
Rabu, 15 Okt 2025 06:30 WIB
Minyak Tradisional Khas Sumbawa yang dibuat Saat Prosesi Tradisi Malala. (Tangkap Layar Shoope)
Foto: Minyak Tradisional Khas Sumbawa yang dibuat Saat Prosesi Tradisi Malala. (Tangkap Layar Shoope)
Sumbawa -

Tau Samawa atau masyarakat asli Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), memiliki adat dan tradisi warisan leluhur yang masih dilestarikan hingga sekarang. Salah satunya adalah tradisi Malala, yaitu tradisi pembuatan minyak tradisional.

Minyak tradisional ini memiliki segudang manfaat untuk menyembuhkan penyakit. Bahan yang digunakan untuk membuat minyak ini berasal dari tumbuhan alami.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam pelaksanaannya, tradisi hanya boleh dilakukan oleh Tau Selaki (laki-laki) yang dipimpin oleh Sandro (orang yang pintar dalam meracik obat dan memiliki ilmu spiritual yang diakui oleh masyarakat setempat).

Selain untuk menyambut bulan Muharram, tradisi Malala juga sebagai ajang bagi para Sandro untuk menunjukan keahlianya dalam meracik minyak tradisional. Tradisi ini menunjukan bahwa Tau Samawa memiliki beragam keunikan adat dan tradisi yang masih dilestarikan hingga sekarang.

ADVERTISEMENT

Mengenal Tradisi Malala

Tradisi Malala adalah tradisi masyarakat Sumbawa yang sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Malala adalah tradisi dalam bentuk ritual pembuatan minyak tradisional yang dilakukan oleh seorang Sandro dan dibantu sejumlah laki-laki, dengan tujuan membantu masyarakat yang sakit. Tradisi Malala hanya dapat disaksikan pada bulan Muharram tahun Hijriah.

Tradisi ini berasal dari adanya rasa syukur kepada Allah SWT atas kekayaan alam yang diberikan di Pulau Sumbawa. Selain itu, Malala juga terbentuk akibat kebiasaan masyarakat zaman dahulu yang melakukan praktik pengobatan tradisional menggunakan minyak yang terbuat dari bahan-bahan alami.

Memiliki khasiat yang bermanfaat untuk menyembuhkan berbagai penyakit, menjadikan tradisiMalala berkembang dan diwariskan dari generasi ke generasi hingga sekarang. Tradisi ini sangat sarat akan nilai-nilai islam karena dalam prosespelaksanaanya akan dibacakan doa dansholawat. Maka dari itu, tradisi ini sangat sakral bagi TauSamawa.

Makna Tradisi Malala

Tradisi Malala memiliki hubungan yang kuat dengan manusia, alam, dan Tuhan. Masyarakat Samawa memaknai tradisi ini sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas keberkahan tumbuhan alami yang memiliki khasiat menyembuhkan penyakit.

Selain itu, masyarakat juga memaknai tradisi ini sebagai sarana untuk mempererat tali silaturahmi sesama masyarakat dan untuk melestarikan racikan minyak tradisional khas Sumbawa yang memiliki banyak manfaat.

Manfaat dari Minyak Tradisional Sumbawa

Minyak yang dihasilkan dari tradisi Malala ini memiliki manfaat untuk menyembuhkan penyakit baik dari dalam maupun luar tubuh. Misalnya bisa digunakan untuk pengobatan luka akibat terkena benda tajam, koreng, luka bakar, bisul, gatal-gatal, nyeri pinggang, keseleo, dan salah urat.

Sedangkan manfaat kesehatan dari dalam, yaitu untuk mengatasi sesak napas, menyegarkan tubuh, meningkatkan vitalitas pria, dan perut kembung. Minyak Sumbawa dapat digunakan dengan cara dioles maupun diminum langsung karena terbuat dari bahan alami yang diracik oleh Sandro.

Proses Pelaksanaan Tradisi Malala

Prosesi tradisi Malala diawali dengan pengumpulan bahan dan alat yang akan digunakan pada saat tradisi berlangsung. Hal yang perlu dikumpulkan adalah tumbuhan yang memiliki khasiat untuk menyembuhkan penyakit, seperti merica, cabe, madu, kelapa muda, jahe, akar kayu, batang kayu, dan biji kayu. selain itu, diperlukan wajan, dan lesung.

Tumbuhan yang dikumpulkan sudah sesuai dengan perintah yang diberikan oleh Sandro sebagai orang yang akan memimpin jalanya tradisi. Selanjutnya bahan-bahan itu ditumbuk hingga halus, kecuali kelapa yang harus diparut dan langsung di peras hingga keluar santan.

Kemudian bahan yang sudah ditumbuk halus dimasukkan ke wajan bersamaan dengan santan untuk dibacakan doa oleh Sandro. Selama proses memasak Sandro akan terus membacakan doa sembari mengadukan bahan-bahan pembuatan minyak yang dibantu oleh Tau Selaki. Setelah itu wajan yang berisi rempah dan santan dimasak selama beberapa jam hingga mengeluarkan minyak dan terpisah dari ampasnya. Kemudian minyak disaring dan sudah dapat digunakan sebagai obat.




(nor/nor)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads