Hari Kajeng Kliwon Pamelastali dalam Hindu Bali: Arti, Sejarah, dan Ritualnya

Hari Kajeng Kliwon Pamelastali dalam Hindu Bali: Arti, Sejarah, dan Ritualnya

I Dewa Made Krisna Pradipta - detikBali
Rabu, 27 Agu 2025 10:35 WIB
Sehari sebelum Hari Raya Nyepi Tahun Caka 1937, Pura Adhitya Jaya di bilangan Rawamangun, Jakarta Timur, Jumat (20/03/2015), disesaki umat Hindu yang khidmat melaksanakan prosesi Tawur Agung. Ritual Tawur Agung dipercaya sebagai ritual menolak bala.
Ini merupakan bagian dari upacara Buta Yadnya.
lustrasi ritual umat Hindu Bali. (Foto: Rengga Sancaya)
Denpasar -

Kajeng Kliwon merupakan salah satu hari suci yang diperingati umat Hindu Bali. Dalam tradisi, Kajeng Kliwon tidak hanya dikenal satu jenis, melainkan ada beberapa penjabaran, yakni Kajeng Kliwon Enyitan, Kajeng Kliwon Uwudan, dan Kajeng Kliwon Pamelastali.

Artikel ini akan membahas khusus tentang Kajeng Kliwon Pamelastali, mulai dari arti, sejarah, hingga ritual yang dilaksanakan oleh masyarakat Hindu Bali. Kajeng Kliwon Pamelastali terdekat jatuh pada 31 Agustus 2025, kemudian dihitung setiap 15 hari.

Arti Kajeng Kliwon Pamelastali

Kajeng Kliwon Pamelastali adalah hari suci dalam kalender Bali yang jatuh setiap 15 hari sekali, tepat pada hari Kajeng Kliwon. Hari ini memiliki makna penting karena dikaitkan dengan mitologi Watugunung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hari ini juga dianggap sebagai tonggak awal rangkaian perayaan Saraswati, salah satu hari raya besar dalam agama Hindu. Dalam tradisi, Kajeng Kliwon Pamelastali dikenal pula dengan sebutan hari Watugunung Runtuh, menandai kekalahan Watugunung dalam pertempuran melawan Dewa Wisnu.

ADVERTISEMENT

Makna Filosofis

Peristiwa runtuhnya Watugunung dipahami sebagai simbol pembersihan diri dari sifat-sifat buruk yang melekat pada manusia. Karena itu, Kajeng Kliwon Pamelastali menjadi momentum untuk mengendalikan diri sekaligus menjaga keseimbangan hidup.

Ritual dan Persembahan

Pada hari Kajeng Kliwon, umat Hindu Bali melakukan berbagai bentuk yadnya atau persembahan suci. Khusus di Kajeng Kliwon Pamelastali, umat biasanya mempersembahkan banten kepada Sanghyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) dan manifestasinya.

Persembahan ini bertujuan memohon perlindungan, kesejahteraan, serta membersihkan diri dari pengaruh buruk. Selain itu, umat juga memberikan persembahan khusus kepada Sang Hyang Durga Dewi, yang diyakini memberi keselamatan bagi keluarga dan rumah tangga.

Menetralisir Energi Negatif

Kajeng Kliwon Pamelastali diyakini sebagai hari yang sakral dan keramat. Masyarakat Hindu Bali percaya pada hari ini kekuatan negatif, baik dari dalam diri maupun dari luar, lebih mudah muncul dan bisa mengganggu keseimbangan alam.

Karena itu, berbagai upacara dilakukan sebagai bentuk upaya menetralisir energi negatif. Melalui ritual dan doa, umat berharap mampu menjaga harmoni antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.

FAQ Kajeng Kliwon Pamelastali

1. Apa itu Kajeng Kliwon Pamelastali?

Kajeng Kliwon Pamelastali adalah hari suci dalam kalender Bali yang jatuh setiap 15 hari sekali, tepat pada hari Kajeng Kliwon. Hari ini dikaitkan dengan mitologi Watugunung dan dianggap sebagai awal rangkaian hari raya Saraswati.

2. Mengapa disebut Hari Watugunung Runtuh?

Kajeng Kliwon Pamelastali juga dikenal sebagai Hari Watugunung Runtuh karena menandai kekalahan Watugunung dalam pertempuran melawan Dewa Wisnu. Peristiwa ini melambangkan pembersihan diri dari sifat buruk manusia.

3. Apa makna filosofis Kajeng Kliwon Pamelastali?

Hari ini mengajarkan umat Hindu Bali untuk mengendalikan diri, menyingkirkan sifat negatif, serta menjaga keseimbangan hidup dengan alam dan Sang Pencipta.

4. Ritual apa yang dilakukan pada Kajeng Kliwon Pamelastali?

Umat Hindu Bali biasanya melakukan persembahan suci (yadnya) kepada Sanghyang Widhi Wasa dan manifestasinya. Selain itu, ada persembahan khusus untuk Sang Hyang Durga Dewi yang diyakini membawa keselamatan bagi keluarga dan rumah tangga.

5. Mengapa hari ini dianggap keramat?

Kajeng Kliwon Pamelastali diyakini sebagai hari di mana energi negatif, baik dari dalam diri maupun dari luar, mudah muncul. Karena itu, umat Hindu Bali melakukan berbagai ritual untuk menetralisir pengaruh buruk dan menjaga harmoni alam semesta.




(dpw/dpw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads