Legenda Doyan Nada: Sejarah Kerajaan Selaparang, Pejanggi, dan Sembalun

Legenda Doyan Nada: Sejarah Kerajaan Selaparang, Pejanggi, dan Sembalun

Anastasya Evlynda Berek - detikBali
Senin, 16 Sep 2024 11:45 WIB
Legenda Doyan Nada. (Dok. Perpustakaan Cahaya Ilmu SMP Negeri 1 Candimulyo)
Foto: Legenda Doyan Nada. (Dok. Perpustakaan Cahaya Ilmu SMP Negeri 1 Candimulyo)
Mataram -

Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki beragam kekayaan budaya dan juga cerita rakyat yang melegenda, salah satunya ialah tentang Doyan Nada. Cerita rakyat yang ada tentunya tidak hanya menjadi warisan budaya, namun mengajarkan nilai-nilai tertentu dari cerita tersebut.

Berikut cerita tentang Doyan Nada yang detikBali rangkum untuk Anda:

Kisah Doyan Nada

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melansir dari laman dongeng cerita rakyat, legenda tentang Doyan Nada ini menjadi latar belakang terbentuknya tiga kerajaan di daerah Lombok, yaitu Kerajaan Selaparang, Kerajaan Pejanggi, dan Kerajaan Sembalun.

Cerita ini bermula ketika hiduplah perempuan dari bangsa jin dan memerintah di puncak gunung rinjani yang bernama Dewi Anjani dan dibantu oleh pamannya Patih Songan. Pulau tempat Dewi Anjani bertakhta sebagai ratu tersebut belum dihuni oleh manusia, sehingga ia bermimpi didatangi sang kakek yang berpesan untuk mengisi pulau itu dengan manusia.

ADVERTISEMENT

Daratan pulau yang penuh sesak dengan pepohonan itu dinamakan Pulau Sasak, yang saat ini dikenal dengan nama Pulau Lombok. Sangking sesak dengan pepohonan Dewi Anjani dibantu oleh pamannya Patih Songan memerintahkan burung peliharaan bernama Beberi untuk menebang beberapa pohon besar dengan paruhnya yang sangat tajam untuk dijadikan lahan pertanian.

Kemudian Dewi Anjani mengubah dua puluh pasang jin bangsawan untuk menjadi manusia dan ditunjuknya seorang laki-laki untuk menjadi pemimpin.

Setelah tercipta manusia, istri sang pemimpin mengandung dan melahirkan seorang bayi lelaki aneh dan diberi nama Doyan Nada.

Doyan Nada merupakan anak yang memiliki nafsu makan yang luar biasa, ia mampu menghabiskan nasi 3 bakul besar.

Saat orang tuanya membawa ke sebuah pesta, ia malah menghabiskan seluruh makanan di tempat acara yang membuat ayahnya merasa malu.

Lantas kesal dengan tingkah anaknya dan tidak sanggup untuk memberinya makan lagi, sang ayah berusaha membunuh Doyan Nada dengan berbagai cara.

Cara pertama dengan ditimpa pohon yang ditebangnya hingga meninggal. Kejadian tersebut diketahui Dewi Anjani sehingga menyuruh hewan peliharaannya Beberi untuk meneteskan banyu urip.

Setelah ditetaskan banyu urip, Doyan Nada hidup kembali dan membawa pulang pohon yang menimpanya.

Lalu sang ayah kembali mencoba membunuh Doyan Nada dengan mengajak untuk mencari ikan. Kemudian digelindingkannya batu besar hingga menimpanya sampai meninggal.

Hal yang serupa dilakukan Dewi Anjani. Ia menyuruh Beberi untuk meneteskan banyu urip dan Doyan Nada hidup kembali. Doyan Nada kemudian membawa batu besar tersebut dan dibanting di halaman rumahnya. Sehingga kejadian ini membuat desa tempat tinggal Doyan Nada disebut Selaparang.

Setelah kejadian yang berulang, ibunya pun takut ayahnya akan mencelakainya lagi. Sehingga ibunya menyuruh Doyan Nada untuk mengembara dengan berbekal 7 buah ketupat.

Dalam perjalanan, Doyan Nada bertemu hewan buas dan ia melempar dengan ketupat. Anehnya hewan-hewan itu menjadi jinak kepada Doyan Nada.

Kemudian Doyan Nada melanjutkan perjalanannya dan mendengarkan rintihan. Suara rintihan itu ternyata seorang laki-laki pertapa yang sudah bertahun-tahun dan dililit akar pohon beringin. Lalu Doyan Nada membebaskannya dan diberi nama Tameng Muter.

Ketika melanjutkan perjalanan, Doyan Nada bersama teman barunya kembali mendengar suara tangisan yang juga merupakan seorang pertapa yang terlilit rotan. Mereka bergegas menyelamatkan lalu diberi Nama Sigar Penjalin. Sehingga ketiganya menjadi sahabat.

Mereka kemudian melanjutkan perjalanannya sembari berburu kijang dan dibakar serta dibuat dendeng untuk menjadi makanan mereka. Pada malam harinya, raksasa mencuri dendeng hasil tangkapan mereka, sehingga Doyan Nada mengejar raksasa hingga ke dalam gua dan membunuhnya.

Tak disangka di dalam gua mereka bertemu dengan 3 putri cantik. Doyan Nada dan dua temannya lalu memperistri mereka.

Doyan Nada memperistri putri yang berasal dari Majapahit, Tameng Muter memperistri putri dari Mataram, dan Sigar Penjalin memperistri putri dari Madura.

Beberapa waktu kemudian terdapat kapal yang merapat ke Pulau Sasak. Seorang nakhoda yang dilihat oleh Doyan Nada dan kedua sahabatnya itupun disuruh turun, tapi nahkoda kapal tersebut tertarik dengan ketiga putri yang menjadi istri Doyan Nada dan teman-temannya. Nakhoda itu menawarkan ingin menukar seluruh muatan kapal dengan 3 putri cantik tersebut.

Tawaran nakhoda itu membuat Doyan Nada menjadi marah dan bertarung mengalahkan nahkoda hingga membuat nahkoda beserta awak kapal tunduk kepada Doyan Nada dan kedua temannya. Lalu Doyan Nada pun membagikan isi muatan kapal kepada kedua sahabatnya.

Di kemudian hari mereka mulai mendirikan kerajaan-kerajaan di Pulau Sasak. Yakni Kerajaan Selaparang yang didirikan oleh Doyan Nada, Kerajaan Pejanggi yang didirikan oleh Tameng Muter, serta Kerajaan Sembalun yang didirikan oleh Sigar Penjalin.

Ketiganya pun tetap bersahabat baik sembari mengingat perjalanan mereka zaman dahulu yang saling bantu-membantu.

Itulah cerita singkat mengenai legenda Doyan Nada yang tentunya mengajarkan kepada kita untuk hiduplah saling membantu dengan sesama. Selain itu jangan pernah menyinggung perasaan orang lain yang akan menimbulkan perselisihan. Semoga bermanfaat.




(nor/nor)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads