Sejarah Ratu Niang Sakti dan Kaitannya dengan Pura Tanah Kilap

Sejarah Ratu Niang Sakti dan Kaitannya dengan Pura Tanah Kilap

Rio Raga Sakti - detikBali
Minggu, 18 Agu 2024 03:30 WIB
Pura Tanah Kilap. (Foto: Istimewa)
Pura Tanah Kilap. (Foto: Istimewa)
Denpasar -

Pura Tanah Kilap merupakan salah satu pura yang memiliki nilai spiritual tersendiri bagi umat Hindu di Bali. Pura ini dikenal sebagai tempat pemujaan yang memiliki hubungan erat dengan Ratu Niang Sakti.

Ratu Niang Sakti sendiri merupakan salah satu sosok yang dihormati oleh umat Hindu di Bali. Konon, Ratu Niang Sakti memiliki kaitan yang cukup erat dengan perjalanan Danghyang Nirarta di Bali.

Simak sejarah Ratu Niang Sakti dan kaitannya dengan Pura Tanah Kilap Denpasar seperti dirangkum dari artikel Fenomena Pemujaan Ratu Niang di Kota Denpasar karya I Made Surawati dan I Nyoman Putra Adnyana dalam Jurnal Dharmasmrti (Vol. XVI Nomor 01 April 2017):

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Ratu Niang Sakti

Dikisahkan, Danghyang Nirartha melakukan perjalanan dari Jawa Timur menuju Bali. Setelah beristirahat sebentar di Pura Ancak, beliau melanjutkan perjalanan ke arah timur. Di tengah perjalanan, beliau tiba-tiba menemui seekor naga yang membuka mulutnya lebar-lebar seperti sebuah goa.

Kemudian, Danghyang Nirartha masuk ke dalam mulut naga tersebut. Ia menemukan sebuah telaga di dalamnya yang dikelilingi oleh bunga tunjung merah, hitam, dan putih sedang mekar. Beliau pun kemudian memetik bunga-bunga tersebut.

ADVERTISEMENT

Saat Danghyang Nirartha keluar dari mulut naga tersebut, secara tiba-tiba naga itu menghilang. Tak lama kemudian, wajahnya berubah-ubah, terkadang merah, hitam, dan putih secara bergantian. Perubahan ini membuat para istri dan anaknya sangat ketakutan.

Ida Ayu Swabawa berubah menjadi dewa Wong Sumedang dan dihormati sebagai Dewi Pasar. Ibundanya, Sri Patni Kaniten juga menghilang di Pulaki dan dihormati sebagai Batari Dalem Pulaki.

Begitu pula dengan putrinya, Ida Rai Istri, yang mengikuti perjalanan Danghyang Nirartha dan kemudian menghilang di sebuah alas sepi bernama Suwung. Di Pura Tanah Kilap, Desa Suwung, ia dihormati sebagai Batari Lingsir dengan gelar Ratu Niang Sakti.

Pura ini didirikan sekitar tahun 1962, kira-kira tiga bulan setelah pasamuan agung Parisada Hindu Dharma Bali di Campuhan Ubud. Saat itu, Dinas PU Kabupaten Badung merencanakan pembangunan jembatan di sebelah barat lokasi pura untuk menghubungkan jalan-jalan di sekitarnya.

Dalam proses pembangunannya, jembatan tersebut sering mengalami kegagalan dan menghadapi berbagai hambatan. Suatu ketika, terjadi fenomena gaib ketika Ida Bhatara menampakkan diri sebagai seorang wanita tua (anak lingsir meraga istri) di hadapan Kabag Bendungan Dinas PU pada waktu itu.

Wanita tersebut menyampaikan pesan bahwa jembatan tidak akan berhasil jika tidak dibangun "rumah" terlebih dahulu. Konon, sosok wanita tersebut kini sering muncul di sekitar pura.

Akhirnya, dibangunlah palinggih yang awalnya hanya terdiri dari Padmasari dan pemayasan di atas tanah yang luasnya hanya setengah are. Sekarang, luas pura telah mencapai 17,8 are. Setelah pendirian palinggih itu, pembangunan jembatan tersebut dapat dilanjutkan dengan lancar.

Seiring berjalannya waktu, Pura Geria Anyar Tanah Kilap mengalami renovasi pada tahun 1992. Awalnya hanya ada Padmasari, namun kemudian ditambahkan beberapa palinggih lainnya.

Di pura tersebut kini juga terdapat palinggih gedong stana Ida Bhatara Ratu Niang Sakti, palinggih sthana Danghyang Nirartha, palinggih Ida Bhatara Gde Macaling atau Ida Bhatara Ratu Gde Sakti Dalem Peed, palinggih Ida Bhatara Segara, Melanting, dan lainnya. Banjar Gelogor Carik bertindak sebagai pangemong pura.




(iws/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads