Peresean adalah tradisi adu tangkas yang berasal dari Pulau Lombok. Tradisi pertarungan yang melibatkan dua orang laki-laki ini masih dilestarikan keberadaannya oleh warga Desa Adat Sasak Ende.
Lantas, apa itu peresean? Bagaimana sejarah hingga cara bermain peresean?
Menurut Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Barat (NTB), peresean merupakan pertarungan yang dilakukan oleh dua lelaki dengan menggunakan senjata rotan. Pertarungan ini dapat melukai tubuh petarung hingga mengeluarkan darah. Pemain peresean juga dilengkapi tameng yang terbuat dari kulit sapi sebagai pelindung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peresean ini bukanlah pertarungan yang sembarang. Warga setempat meyakini tradisi ini memiliki nilai patriotisme yang sangat mendalam karena berkaitan dengan sejarah suku Sasak Lombok.
Simak sejarah hingga cara bermain peresean di Pulau Lombok seperti dirangkum detikBali dari berbagai sumber:
Sejarah Peresean
Dilansir dari laman Alisiansi Masyarakat Adat Nusantara, tradisi peresean termasuk dalam seni tari daerah Lombok. Petarung dalam peresean ini disebut pepadu.
Peresean sudah ada dan dimainkan oleh masyarakat Suku Sasak sejak abad ke-13. Tradisi ini berkaitan erat dengan ritual untuk memohon hujan pada musim kemarau. Peresean sendiri sudah ada sejak zaman kerajaan di Lombok sebagai salah-satu bentuk ilmu bela diri.
Menurut laman Jejaring Desa Wisata, awalanya peresean menjadi sebuah permainan adu ketangkasan yang digunakan untuk memilih pemimpin perang dalam sebuah perkumpulan di Lombok. Peresean ini dipercaya menjadi ajang pembuktian kekuatan dari setiap jenis ilmu yang dimiliki.
Selain itu, peresean ini disakralkan oleh masyarakat adat setempat dan digelar untuk menyambut perayaan-perayaan khusus. Belakangan, pertunjukkan peresean turut menjadi atraksi yang dipertontonkan kepada wisatawan yang berkunjung ke desa wisata adat Sasak Ende.
Tradisi Peresean
Tradisi Peresean menjadi tradisi unik yang dapat dilihat di Pulau Lombok. Tradisi peresean menjadi media untuk menunjukkan ketangguhan seorang laki-laki menggunakan kayu rotan dan pelindung dari kulit sapi.
Makna dari tradisi peresean yaitu menunjukkan keberanian, ketangkasan dan kegagahan laki-laki. Tradisi ini lekat dengan proses melatih ketangguhan, seni bela diri, semangat sportivitas, penghargaan kepada diri, menjalin silaturahmi, dan persahabatan.
Tradisi ini biasanya dilakukan untuk menyambut perayaan khusus atau menyambut tamu. Selain itu, peresean kerap ditampilkan saat HUT kemerdekaan RI, menjelang ramadhan, acara pernikahan, hingga acara adat.
Cara Bermain Peresean
- Peresean dilakukan dalam lima ronde dengan durasi tiga menit setiap rondenya. Sebelum pertandingan dimulai, pepadu akan diberikan instruksi dan doa agar pertandingan berjalan lancar;
- Setelah itu, wasit atau pamekar akan memukul ende dengan rotan sebagai tanda pertarungan mulai;
- Sebelum pertarungan mulai, para pepadu harus paham aturan-aturan dalam tradisi peresean, seperti boleh memukul bagian atas yaitu kepala, pundak, atau punggung tetapi tidak boleh memukul bagian bawah yaitu paha atau kaki;
- Para pepadu melakukan pukulan menggunakan rotan;
- Setiap pukulan yang dilakukan oleh Pepadu memiliki nilai masing-masing dan pemenang dalam peresean ini akan ditentukan dari nilai yang diperoleh setiap rondenya;
- Pepadu akan dinyatakan kalah apabila sudah menyerah atau berdarah;
- Setelah bertarung, para pepadu kemudian bersalaman dan berpelukan.
Artikel ini ditulis oleh Husna Putri Maharani peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(iws/iws)