Kapan Ngerupuk 2024? Simak Sejarah hingga Tradisi Menjelang Nyepi di Bali

Kapan Ngerupuk 2024? Simak Sejarah hingga Tradisi Menjelang Nyepi di Bali

Ni Made Maheswari Anindya Putri - detikBali
Kamis, 08 Feb 2024 22:18 WIB
Sebanyak 12 ogoh-ogoh terbaik se-Kota Denpasar diarak untuk memeriahkan Kasanga Festival 2023 di kawasan Catur Muka, Denpasar, Bali, Sabtu (18/3/2023) sore.
Ilustrasi ogoh-ogoh di Bali. (Nuranda Indrajaya/detikBali)
Denpasar -

Bali memiliki berbagai tradisi yang dijaga dan dilestarikan secara turun-temurun. Salah satu tradisi yang kerap ditunggu-tunggu adalah Ngerupuk, yang dilaksanakan sehari menjelang Hari Raya Nyepi.

Berdasarkan perhitungan kalender Bali, Ngerupuk dilaksanakan setiap Tilem Sasih Kesanga. Menariknya, Ngerupuk tahun ini jatuh pada Minggu, 10 Maret 2024 atau sehari setelah Hari Raya Kuningan.

Ngerupuk dilaksanakan pada sore hari atau sandyakala. Bagi umat Hindu di Bali, prosesi Ngerupuk dipercaya dapat mengusir Bhuta Kala atau kakuatan jahat agar tidak mengganggu pelaksanaan catur brata penyepian saat Hari Raya Nyepi keesokan harinya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah dan Asal Usul Ngerupuk

Tradisi Ngerupuk tergolong upacara Bhuta Yadnya yang dilaksanakan setelah selesai prosesi Tawur Agung Kesanga. Ngerupuk dilaksanakan dengan berkeliling di halaman rumah dengan membawa obor dan memainkan bunyi-bunyian sembari menaburkan nasi tawur.

Adapun, Tawur Agung Kesanga dilaksanakan pada siang harinya. Prosesi ini biasanya dilaksanakan dalam berbagai tingkatan seperti di rumah masing-masing, banjar, desa, kecamatan, kabupaten, dan provinsi. Setiap tingkatan memiliki jenis banten/sesajen yang bebeda-beda.

ADVERTISEMENT
Jelang Hari Raya Nyepi umat Hindu di berbagai daerah di Indonesia mulai menggelar sejumlah upacara. Salah satunya adalah Melasti dan Tawur Agung Kesanga.Jelang Hari Raya Nyepi umat Hindu di berbagai daerah di Indonesia mulai menggelar sejumlah upacara. Salah satunya adalah Melasti dan Tawur Agung Kesanga. Foto: Antara Foto

Di tingkat desa, prosesi Tawur Kesanga biasanya digelar di catus pata atau perempatan masing-masing desa. Selain Tawur Kesanga, prosesi lainnya yang digelar menjelang Hari Raya Nyepi adalah melasti.

Prosesi melasti biasanya dilaksanakan tiga hari sebelum Nyepi. Pelaksanaannya dimulai dengan melakukan persembahyangan di Pura Kahyangan Tiga dan melakukan permohonan agar para dewa dan dewi berkenan disucikan ke laut atau sumber air suci untuk menghanyutkan kekotoran.

Ngerupuk dan Ogoh-ogoh

Belakangan, malam pengerupukan di Bali dimeriahkan dengan pawai ogoh-ogoh keliling desa. Ogoh-ogoh yang disimbolkan sebagai perwujudan Bhuta Kala akan diarak berkeliling wilayah dengan diiringi menggunakan obor dan gamelan.

Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala adalah kekuatan (Bhu) alam semesta dan waktu (Kala). Bhuta Kala digambarkan sebagai sosok yang besar, menakutkan, dan berwujud raksasa. Proses pembuatan ogoh-ogoh biasanya dijadikan wadah kreativitas para pemuda di masing-masing banjar.

Tahun ini, sejumlah daerah di Bali juga menggelar lomba ogoh-ogoh dengan peserta dari sekaa teruna. Pemerintah Kabupaten Badung, misalnya, bahkan menggelontorkan anggaran mencapai Rp 11,9 miliar.

Dana yang berasal dari APBD 2024 itu diberikan kepada untuk 596 sekaa teruna di Kabupaten Badung. Masing-masing sekaa mendapat Rp 20 juta untuk dana kreativitas pembuatan ogoh-ogoh.

Sementara itu, Pemerintah Kota Denpasar juga menyalurkan dana kreativitas pembuatan ogoh-ogoh untuk 360 sekaa teruna. Masing-masing sekaa teruna di Kota Denpasar mendapat Rp 10 juta dari bantuan keuangan khusus (BKK) 2024.




(iws/iws)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads