Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki cukup banyak suku dan masyarakat adat. Jika provinsi-provinsi di Pulau Jawa biasanya hanya terdiri dari satu hingga lima suku, NTT punya puluhan suku yang berbeda.
Dalam artikel ini, kita akan mengenal 16 suku dan masyarakat adat di Nusa Tenggara Timur, lengkap dengan persebaran populasinya.
Daftar Suku dan Masyarakat Adat NTT
Dikutip dari buku Tenun NTT (2009) karya Stephanus Hamy, NTT terdiri dari tiga pulau besar (Sumbawa, Flores, dan Timor), dan sejumlah pulau kecil seperti Rote, Ndao, Sawu, dan sebagainya. NTT juga memiliki puluhan suku dengan lebih dari 100 dialek bahasa dan adat istiadat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut ini kita ulas 16 suku dan masyarakat adat NTT yang dikutip dari buku Mengenal Seni dan Budaya Indonesia (2012) oleh R. Rizky dan T. Wibisono, serta buku Adat Istiadat Daerah Nusa Tenggara Timur dari Kemdikbud:
1. Belu (Tetun)
Penduduk Belu atau Tetun mendiami sebagian besar wilayah Pulau Timor bagian tengah, yaitu di Kabupaten Belu dan wilayah Timor Timur. Di wilayah Timor Timur, mereka yang berbahasa Tetun tidak mengenal nama Belu, mereka menyebut diri mereka sebagai orang Timor.
2. Helong
Suku Helong mendiami wilayah Kecamatan Kupang Tengah, Kupang Barat, Sumlili dan Pulau Semau. Rumah adat suku Helong berbentuk setengah bulatan dengan bahan kayu dan atapnya dari daun gewang, beratap tanpa dinding.
Cara pembuatannya ditanamkan lebih dahulu dua tiang kemudian dipasang spar dan lata (reng) dengan diikat.
3. Rote
Suku Rote banyak berdiam di sebagian besar Pulau Rote, Ndao. Penduduk Rote yang paling tua menurut tradisi adalah suku-suku bangsa kecil Rote Nes, Bara Nes, Keo Nes, Pilo Nes, dan Fola Nas.
Selain itu, suku Rote juga tinggal di sepanjang pantai utara Kabupaten Kupang dan beberapa daerah di Kecamatan Kupang Tengah, Kupang Timur, Kupang Barat dan Pulau Semau. Penduduk Rote di daerah ini adalah keturunan penduduk Rote yang dipindahkan dipindahkan oleh Belanda.
4. Dawan
Penduduk suku Dawan sebagian besar berdiam di Kabupaten Kupang, seperti di Kecamatan Amarasi, Fatuleu, Amfoang Utara dan Selatan, Kupang Timur dan Tengah, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Kabupaten Ambeno (Timor Timur), Kabupaten Timor Tengah Utara dan sebagian kecil Kabupaten Belu.
Senjata tradisional Dawan antara lain adalah parang yang disebut dengan suni. Bentuknya panjang dan ramping agak besar di bagian ujung. Bagian gagang dan kerangkanya diberi hiasan ukiran berupa motif geometris, terkadang juga kain merah dan rambut manusia.
5. Marae
Penduduk Suku Marae tinggal di sebagian kecil daerah Kabupaten Belu bagian utara yang berbatasan dengan Timor Timur.
6. Manggarai Riung
Suku Manggarai Riung mendiami pulau Flores bagian barat, terutama wilayah Kabupaten Manggarai. Mereka ini terdiri dari suku Manggarai PoE, Mbai, Rajeng dan Mbaen.
7. Ngada
Penduduk suku Ngada tinggal sebagian besar wilayah kabupaten Ngada. Kelompok suku Ngada terdiri dari suku Rangga, Maung, Ngade, Nage, Keo, Palue.
Mereka juga menggunakan bahasa Ngada yang memiliki 10 dialek, yaitu Ngada Bawa, Susu, Naru, Kombos, Inerie I, lnerie II, Langa, Mangunlewa, Wogo dan Soa.
8. Sikka
Penduduk ini mendiami wilayah kabupaten Sikka yang terdiri dari suku bangsa Sikka, Krowe Muhang dan Muhang.
Bahasa Sikka masuk dalam kelompok bahasa Muhang, yang memiliki beberapa dialek, seperti Kojamota, Nitta Kitting, Lela Sikka, Yusang Gette dan Wolokoli.
Masyarakat adat di NTT ada yang masih mempercayai dewa-dewa. Dewa tertinggi di Sikka dikenal dengan nama Niang Tana Lero Wulan.
9. Kedang
Penduduk suku Kedang mendiami Pulau Lembata, terutama di bagian ujung timur. Masyarakat Kedang biasa memposisikan rumah ke arah gunung.
Atap rumah-rumah di sini, umumnya dibuat dari rumput atau daun lontar, sedangkan beberapa daerah di Flores, ada atap yang dibuat dari ijuk dan bambu.
10. Labala
Penduduk Labala banyak mendiami bagian ujung selatan Pulau Lembata.
11. Sabu
Penduduk Suku Sabu terdiri dari kesatuan klan Udu. Mereka mendiami beberapa daerah antara lain di Seba, Menia, Mesara, Timur, dan Raijua.
Di masing-masing daerah terdapat beberapa klan berbeda. Selain itu, Sabu juga mendiami beberapa daerah di Pulau Sumba.
12. Sumba
Penduduk suku Sumba banyak tinggal di Pulau Sumba, yakni di Sumba Timur dan Sumba Barat. Suku Sumba mengenal dua bahasa, yaitu bahasa Sumba Barat atau Wewewa dan bahasa Sumba Timur atau Kambera.
Suku bangsa Sumba Timur tujuh dialek yakni Manggikua, Manggakina, Mawakina, Manggarikuna, Manggena, Magari dan Mapani. Sedangkan Sumba Barat mengenal dialek Apeina, Apena dan Aagana.
13. Alor Pantar
Kelompok suku-suku bangsa Alor Pantar tinggal di Pulau Alor, Pantar, Pulau Pura. Dalam kelompok ini terdapat suku bangsa Lemma, Mauta, Nedebimg, Belegar, Abui, Kabola, Kawel, Kamang, Kolana, Wersin, Kramang, Kui, Malua, Maneta, Wululi dan Saboda. Masing-masing suku mempunyai bahasa sendiri-sendiri.
14. Ende Lio
Masyarakat suku Ende Lio tinggal di Ende. Mereka memiliki rumah adat Rumah Musalaki yang berbentuk segi empat dengan atap yang menjulang tinggi sebagai simbol kesatuan dengan sang pencipta.
Tarian Gawi adalah satu-satunya tarian khas masyarakat Suku Lio yang tertua. Tarian ini dipimpin oleh seorang penyair yang ditunjuk para sesepuh adat.
Dia harus mendapatkan ilham secara khusus karena penyair tidak boleh membaca teks atau catatan pada saat upacara gawi berlangsung.
15. Lamaholot
Suku Lamaholot adalah etnis yang dominan di Flores Timur. Mereka terdiri dari suku bangsa Lamaholot Barat yang tinggal di bagian barat Flores Timur, Lamaholot Tengah tinggal di daerah Tanjung Bunga, Pulau Adonara, Solor, sebagian Lembata. sedangkan Lamaholot Timur tinggal di sebagian besar Pulau Lembata.
16. Flores
Suku Flores kebanyakan tinggal di Pulau Flores. Suku ini adalah percampuran antara etnis Melayu, Melanesia, dan Portugis. Karena pernah diduduki Portugis, mereka sangat dekat dengan kebudayaan Portugis, termasuk faktor genetik mereka.
Demikian tadi 16 suku dan masyarakat adat Nusa Tenggara Timur (NTT) yang bisa kamu ketahui. Semoga bermanfaat.
(bai/inf)