Contoh Kruna Tiron dalam Bahasa Bali Berdasarkan Jenis-jenisnya

Contoh Kruna Tiron dalam Bahasa Bali Berdasarkan Jenis-jenisnya

Maura Rosita Hafizha - detikBali
Senin, 06 Mar 2023 12:49 WIB
Petugas Penyuluh Bahasa Bali Jembrana saat melakukan konservasi dan digitalisasi lontar di Kelurahan Lelateng, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bali, Senin (14/11/2022). (I Putu Adi Budiastrawan/detikBali)
Foto: I Putu Adi Budiastrawan/detikBali
-

Bahasa Bali adalah alat komunikasi yang dipakai oleh masyarakat Bali sebagai sarana untuk menjalin hubungan dengan keluarga atau masyarakat lain. Pembentukan kata dalam bahasa Bali memiliki keunikan sendiri yang ditunjukkan dalam Kruna Tiron atau Kata Berimbuhan.

Contoh kruna tiron bahasa Bali biasanya sudah mendapatkan kata imbuhan atau afiksasi di pangater (awalan), seselan (sisipan), dan pengiring (akhiran). Mengutip dari Kajian Singkat Morfologis Istilah-istilah Agama Hindu di Bali oleh I Made Suweta, contoh kruna tiron yaitu kata 'banten' yang berarti sesajen, apabila mendapatkan akhiran -e menjadi 'bantene' (sesajen itu), jika memakai akhiran -ang menjadi 'bantenang' (haturkan).

Berdasarkan contoh tersebut, tentunya sangat penting bagi masyarakat Bali untuk mempelajari kruna tiron dengan benar. Kesalahan yang sering terjadi yaitu ketika masyarakat Bali belum tahu bentuk imbuhan serta penempatan-penempatan imbuhan tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kata dasar yang belum ditambahkan dengan afiksasi awalan, sisipan, dan akhiran dalam bahasa Bali disebut dengan Kruna Lingga. Saat kruna lingga (kata dasar) ditambahkan dengan imbuhan kata, maka akan terbentuk kruna tiron (kata berimbuhan).

Berikut adalah contoh kruna tiron bahasa Bali dari berbagai sumber dan juga situs Kamus Bahasa Provinsi Bali untuk menerjemahkan beberapa kata.

Contoh Kruna Tiron dengan Pangater (Awalan)

Salah satu contoh kruna tiron bahasa Bali yaitu pangater (awalan). Kata imbuhan awalan ini dikenal juga dengan 'prefiks' yang ditambahkan pada bagian awal sebuah kata dasar.

Desy Sanjaya dengan e-paper Kruna Basa Bali mengatakan bahwa imbuhan pangater terdiri dari a-, ma-, su-, ka-, pa-, pati-, pari-, maka-, saka-, kuma-, sa-, pa-, pi-, dur-, swa-, ng-. ny-. Berikut adalah contoh kruna tiron bahasa Bali yang telah memakai pangater:

  • Kruna lingga dari aben (pembakaran jenazah) mendapatkan pangater ng- menjadi ngaben (upacara pembakaran jenazah tradisi Bali).
  • Kruna lingga dari sinep (ditutup) mendapatkan pangater ny- menjadi 'nyineb' yang artinya penutupan upacara.
  • Kruna lingga dari ambil (ambil) mendapatkan pangater ka- menjadi 'kaambil' yang artinya diambil.
  • Kruna lingga dari dadua (dua) mendapatkan pangater maka- menjadi 'makadadua' yang artinya kedua-duanya.
  • Kruna lingga dari daging (isi) mendapatkan pangater ma- menjadi 'madaging' yang artinya berisi.
  • Prefiks n- (anusuara) sering juga disebut dengan anunasika. Apabila kata dasar diawali dengan konsonan (k, g), vokal (a, i, u, è, o, e) dan semi vokal (y, l, r, w) maka n- yang digunakan adalah ng-, contoh: Ketis (percik) mendapatkan prefiks ng- menjadi 'ngetis'.

Contoh Kruna Tiron dengan Seselan (Sisipan)

Seselan (sisipan) atau infiks yaitu afiks yang diletakkan di tengah kata, meliputi -in-, -um-, -el-, -er- dan lain-lain. Contoh kruna tiron dengan seselan yaitu:

  • Kruna lingga dari surat (tulis) mendapatkan pangater -in- menjadi 'sinurat' yang berarti ditulis.
  • Kruna lingga dari turun (turun) mendapatkan pangater -um- menjadi 'tumurun' yang berarti diturunkan.
  • Kruna lingga dari gigi (kasar/tidak halus) mendapatkan pangater -er- menjadi 'gerigi' yang berarti jalanan tidak halus/kasar/berkerikil.

Contoh Kruna Tiron dengan Pengiring (Akhiran)

Pengiring atau sufiks merupakan imbuhan yang diletakkan di akhir kata. Pengiring dalam bahasa Bali berupa -ang, -in, -an, -a, -n, -ing, -e, da, -ne.

Contoh kata yang menggunakan pengiring, yaitu:

  • Kruna lingga dari lungsur (minta/mohon) mendapatkan pangater -a menjadi 'lungsura' adalah diambilnya sajen yang telah dipersembahkan.
  • Kruna lingga dari ketu (mahkota pendeta) mendapatkan pangater -n menjadi 'ketun' yang biasanya dipakai untuk menyatakan kepunyaan dari mahkota tersebut.
  • Kruna lingga dari baca (baca) mendapatkan pengiring -ang menjadi 'bacaang' yakni bacakan.

Sufiks -in tidak akan mengalami perubahan ketika diikuti oleh kata dasar berakhiran konsonan, namun dapat berubah menjadi -nin ketika mengikuti kata dasar berakhiran vokal. Contoh: Bakti ditambahkan dengan sufiks -in menjadi 'baktinin' yakni hormat.

Sedangkan, sufiks -an akan berdesimilasi menjadi -nan atau mengalami persandian (sandi suara) saat mengikuti kata dasar berakhiran vokal, dan tetap dalam bentuk aslinya ketika mengikuti kata dasar berakhiran konsonan. Contoh: Karang + -an menjadi 'karangan' (karangan).

Sufiks -ne berfungsi untuk menyatakan kepemilikan, ketika -ne mengikuti kata dasar berakhiran vokal, maka -ne akan berubah menjadi -nne. Contoh: Sangku + -ne menjadi 'sangkunne' (wadah tempat air).

Contoh Kruna Tiron dengan Pangater (Awalan) + Pengiring (Akhiran)

Contoh kruna tiron berikutnya yaitu dengan menggabungkan kruna pangater (awalan) dan pengiring (akhiran) atau dalam bahasa Indonesia adalah konfiks. Berikut beberapa contoh yang dapat kamu pelajari:

  • Kruna lingga dari sugih (kaya) mendapatkan pangater ka- dan pengiring -an menjadi 'kesugihan' yaitu kekayaan.
  • Kruna lingga dari rahayu (selamat) mendapatkan pangater ka- dan pengiring -an menjadi 'karahayuan' yaitu keselamatan.
  • Kruna lingga dari suci (suci) mendapatkan pangater ma- dan pengiring -an menjadi 'masucian' yaitu penyucian diri.

Itulah contoh kruna tiron bahasa Bali yang dapat kamu pahami lebih dalam. Jika disimpulkan, kruna tiron merupakan kata berimbuhan di mana kruna lingga (kata dasar) ditambahkan dengan pangater (awalan), seselan (sisipan), dan pengiring (akhiran) agar membentuk kata benda, kata sifat, dan juga kata kerja.




(khq/fds)

Hide Ads